Indramayu dan sekitarnya adalah komunitas masyarakat nelayan dan merupakan pelabuhan penting pada pantai utara Jawa yang sering disinggahi kapal-kapal asing.
Membatik dikerjakan oleh para isteri nelayan pada saat para suami melaut dan bertujuan menambah income/pemasukan keluarga. Mereka menggunakan
canting berukuran besar, sehingga sulit untuk mengisi penuh desain batiknya.
Untuk mengisi bidang-bidang kosong, dibuat alat cocohan dengan complongan yang berbentuk seperti sisir dengan jarum tajam yang digunakan untuk mempenetrasi
kain begitu selesai dicover dengan
lilin. Setelah dicelup, titik-titik membentuk warna sesuai celupan.
|
Desain batik Indramayu yang berciri khas desain lingkungan laut dan pesisir yang digambarkan secara harafiah, dari kiri: Dara Kipu dan Ganggeng, Jarot Asem dan Urang Ayu |
Ragam hias batik Indramayu terdiri dari motif non-geometris atau organik, yaitu susunan motif yang menyebar dinamis dan atraktif memenuhi bidang
kain mori. Warna batik Indramayu seperti pada umumnya batik dari daerah pesisir, memiliki ragam warna dengan komposisi yang cerah, segar dan dinamis.
Motif batik yang dibuat di desa nelayan sangat dipengaruhi oleh flora dan fauna sekitarnya, sebagai contoh Jarot Asem (Asem Jawa), Dara Kipu, flora atau fauna laut Gaggeng dan Urang Ayu. Motif-motif ini yang merupakan batik kasar dan murah tetapi memiliki keunikan tinggi yang pernah dibuat oleh masyarakat.
|
Batik Dermayon Indramayu |
Salah satu ragam hias batik dari Indramayu adalah batik Dermayon. Ragam hias batik Dermay banyak terinspirasi oleh mahluk laut dan ornamen-ornamen dari Cina, mengingat letaknya yang berada di daerah pesisir dan adanya komunitas Cina dalam jumlah besar di daerah tersebut. Motif pada batik ini berupa sayap ganda (mirong) yang berasal dari Jawa Tengah dengan bunga-bunga dari Cina dengan latar berupa titik-titik halus yang disebut cocohan. Cocohan diperoleh dengan cara menusukkan serangkaian jarum pada permukaan kain yang sudah ditutup lilin, yang akan menghasilkan titik-titik halus setelah diwarnai.