Sikepan dipakai oleh Kanjeng Pangeran Adipati Anom, Pangeran Putra, Pangeran Sentana dan Para Bupati Riya Nginggil keatas.
Latest Article Get our latest posts by subscribing this site
Beskap (hitam) dan Beskap berwarna
Posted by Batik Dan
Posted on 02.23
Beskap hitam dipakai saat resmi oleh para putra kerabat raja sampai dengan “wareng” sedangkan beskap berwarna boleh dipakai oleh siapa saja untuk semua golongan. Pakaian ini disebut “Jawi Jangkap Padinten”.
Atelah
Posted by Batik Dan
Posted on 02.23
Atelah dipakai untuk yang berpangkat Bupati kebawah untuk semua golongan Abdidalem. Kumpuh atau Dodot berukuran lebar dua kali lebar kain, dengan panjang 3,75 meter sampai 4 meter. Kumpuh ini diapakai untuk busana “dodotan” yang biasa dipakai untuk upacara besar yang dinamakan “Dodot Ageng Gedhedheran” saat pesowenan gerebeg.
Sabukwala (gadis yang belum tetes)
Posted by Batik Dan
Posted on 02.23
Sabukwala (gadis yang belum tetes) maksudnya adalah pakaian batik yang digunakan gadis yang masih kecil, dan belum mencapai 9 tahun. Mereka pada umumnya menggunakan kain batik dengan motif yang cerah, dipakai melintang sekaligus sebagai kemben dan belum banyak tambahan aksesoris. Rambut digelung “welah sawelit”, ditali dengan pita, pakai cundhuk mentul. Busana ini untuk anak gadis yang berusia sampai dengan 9 (sembilan) tahun. Untuk sabukwala batik gadis yang sudah tetes, ditambah dengan perlengkapan “pendhing epek” dan “slepe”.
Putri Pinjung Kenceng
Posted by Batik Dan
Posted on 02.22
Tata busana putri pinjung kenceng ini dipakai oleh gadis berusia 12 (dua belas) tahun. Kain batik dipakai secara utuh dengan motif yang berbeda yang diatur menyudut. Mengenakan gelung (ukel), cundhuk jungkat dan kalung sempyok. Pada tahap ini anak gadis biasa disebut “perawan semangit”, atau perawan yang masih kecil.
Semekan Kancing-Wingking
Posted by Batik Dan
Posted on 02.21
Busana semekan kancing wingking ini dipakai oleh gadis yang memasuki usia remaja atau 14 (empat belas) tahun. Kain batik dipakai secara utuh dengan penutup dada dari kain dringin. Kain dringin dikancingkan kebelakang punggung dengan rambut terurai.
Busana Putri Genalaringen
Posted by Batik Dan
Posted on 02.21
Busana putri genalaringen ini dipakai untuk gadis yang sudah dewasa, memakai dua buah kain batik yaitu diwiru untuk menyamping dan untuk kemben penutup dada dengan diberi selingan kain polos/cindhe sebagai seret dipinggang.
Sabukwala Anak Putra
Posted by Batik Dan
Posted on 02.19
Sabukwala anak putra diperuntukkan bagi anak putra (laki-laki) yang belum memasuki usia remaja atau belum dikhitan (13 tahun). Busana sabukwala ini biasa disebut “cothan” dengan kelengkapan yang terdiri dari baju beskap alit, kain batik, sabuk epek timang alit dan salop alit tanpa menggunakan blangkon dan keris.
Upacara Tingkeban atau Mitoni
Posted by Batik Dan
Posted on 02.15
Batik Motif Yuyu Sekandang |
Batik Kopohan dan Gendongan
Posted by Batik Dan
Posted on 02.13
Batik Motif Wahyu Temurun |
Batik Sinjang Menton
Posted by Batik Dan
Posted on 02.10
Batik Motif Satrio Manah |
Batik Sidomukti - Sidoluhur - Sidomulyo
Posted by Batik Dan
Posted on 00.42
Pada dasarnya ketiga motif batik Sidomukti - Sidoluhur- Sidolmulyo ini sama desainnya hanya dibedakan oleh dasar batiknya sehingga namanya juga berbeda. Menurut catatan di keraton Surakarta, batik Sidomulyo dan batik Sidoluhur sudah ada sejak jaman Mataram Kertosuro abad XVII. Motif yang bercorak bentuk lapis dengan latar putih dinamakan batik Sidomulyo sedangkan yang berlatar hitam dinamakan batik Sidoluhur.
Batik Motif Sidomulyo
Batik motif Sidomulyo berasal dari zaman Mataram Kartasura yang dasarnya (latar) digantikan dengan isen-isen ukel oleh Sultan Pakubuwono IV. Batik motif Sidomulyo merupakan jenis batik keraton. Motif batik ini berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Motif ini termasuk motif lama khas Surakarta, halus, rumit serta membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam pembuatannya.
Sido dalam bahasa Jawa berarti jadi atau terus menerus, sedangkan mulyo berarti mulia. Kain batik dengan motif sidomulyo biasa dipakai oleh mempelai baik pria maupun wanita pada saat upacara perkawinan dengan harapan bahwa kelak keluarga yang dibina akan terus menerus mendapatkan kemuliaan. Meskipun andaikata mereka dalam hidup ini mungkin mendapatkan kesulitan dan kerumitan, tetapi dengan doa dan usaha yang telaten dan sabar dan tekun, maka semua kesulitan akan teratasi dan mereka tetap atau jadi (sido) dianugerahi kemuliaan, atau apabila kain batik ini diberikan atau dihadiahkan melambangkan seseorang maka pemberian ini melambangkan doa yang tulus dan mulia untuk si pemakai.
Motif Batik Sidomukti
Sidomukti sebagai simbol pengharapan dan doa yang dituangkan dalam ornamen pengisi dan sen-isennya. Sido berasal dari kata bahasa Jawa berarti benar-benar terjadi, terkabul keinginannya. Mukti berasal dari bahasa Jawa yang berarti kebahagiaan, berkuasa, disegani, tidak kekurangan sesuatu.
Ornamen Utama Bergambar Kupu-kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen Utama Berbentuk Sayap Kupu-kupu
Ornamen Utama Berupa Bangunan Berbentuk Tahta atau Singgasana
Ornamen singgasana menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen Utama Berbentuk Meru
Meru adalah gunung, tanah juga bumi. Ornamen berbentuk gunung simbol kemegahan, keagungan seperti sebuah gunung yang besar dan terlihat gagah meskipun tampak dari kejauhan, berasal dari ajaran empat unsur kehidupan yang disebut sangkan paraning dumadi atau asal mula kehidupan, disamping api, air dan udara. Pada kebudayaan Hindu Jawa, meru untuk menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayam Dewa-dewi. Meru diwakili oleh warna hitam, jika tidak terkendali akan memunculkan angkara murka, bila terkendali menjadi sifat kemakmuran abadi.
Ornamen Utama Berbentuk Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Isen-isen Pada Motif Sidomukti
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidomukti antara lain:
Pada awalnya warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni perpaduan antara merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia, warna pada kain batik menggunakan pewarnaan alami dari tumbuhtumbuhan yang hanya dapat menghasilkan warna merah kecoklat-coklatan yang mendekati oranye. Warna merah kecoklatan di dapat dari kulit pohon mengkudu, tingi, tegeran, jambal dan sebagainya disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Motif Batik Sidoluhur
Kain batik ini mempunyai makna dan penggunaan yang sama dengan kain batik sidomukti dalam upacara lurub layon yaitu sebagai alas berbaring jenazah, perbedaannya hanya sedikit saja yaitu pada pengisian dan warna latar. Latar pada kain batik ini bewarna hitam, dan hanya dipakai dalam upacara pemakaman dan upacara sadranan, yang berarti untuk menghormat pada leluhur (arwah).
Unsur motif yang terdapat pada batik sidoluhur ini adalah sebagai berikut :
Ornamen utama bangunan/ tahta
Ornamen bangunan/ tahta menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen utama Garuda/ Lar
Ornamen Garuda/ lar digambarkan dengan bentuk garuda satu sayap seperti gambaran dari samping, dengan bentuk sayap tertutup. Motif ini melambangkan Matahari dan tatasurya. Melambangkan tentang watak surya brata atau watak matahari, yaitu melambangkan sifat ketabahan.
Ornamen Utama Burung
Digambarkan dengan bentuk tipe burung merak yang sederhana dan kadang-kadang seperti kupu-kupu. Motif ini melambangkan tentang dunia atas atau udara, melambangkan sifat bayu brata atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak ditonjol-tonjolkan.
Ornamen utama Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Ornamen utama Baito/ Kapal
Barang yang bergerak pada air, dapat dianggap lambang dari pada air atau banyu. Pada motif yang lain air ini dilambangkan dengan binatang-binatang yang hidup dalam air, seperti katak, ular, siput, dan sebagainya. Melambangkan kelapangan hati, ketenangan.
Ornamen utama Kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan sebagai bentuk lung-lungan yang mengisi bidang dan mengelilingi ornamen pokok lainnya, sebagai ornamen pengisi
Isen-Isen Pada Motif Batik Sidoluhur
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidoluhur antara lain:
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Batik ini dalam tradisi jawa dipakai untuk semua golongan tua dan muda.
Batik Motif Sidomulyo
Batik Motif Sidomulyo |
Sido dalam bahasa Jawa berarti jadi atau terus menerus, sedangkan mulyo berarti mulia. Kain batik dengan motif sidomulyo biasa dipakai oleh mempelai baik pria maupun wanita pada saat upacara perkawinan dengan harapan bahwa kelak keluarga yang dibina akan terus menerus mendapatkan kemuliaan. Meskipun andaikata mereka dalam hidup ini mungkin mendapatkan kesulitan dan kerumitan, tetapi dengan doa dan usaha yang telaten dan sabar dan tekun, maka semua kesulitan akan teratasi dan mereka tetap atau jadi (sido) dianugerahi kemuliaan, atau apabila kain batik ini diberikan atau dihadiahkan melambangkan seseorang maka pemberian ini melambangkan doa yang tulus dan mulia untuk si pemakai.
Motif Batik Sidomukti
Batik Sidomukti |
Ornamen Utama Bergambar Kupu-kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen Utama Berbentuk Sayap Kupu-kupu
Ornamen Utama Berupa Bangunan Berbentuk Tahta atau Singgasana
Ornamen singgasana menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen Utama Berbentuk Meru
Meru adalah gunung, tanah juga bumi. Ornamen berbentuk gunung simbol kemegahan, keagungan seperti sebuah gunung yang besar dan terlihat gagah meskipun tampak dari kejauhan, berasal dari ajaran empat unsur kehidupan yang disebut sangkan paraning dumadi atau asal mula kehidupan, disamping api, air dan udara. Pada kebudayaan Hindu Jawa, meru untuk menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayam Dewa-dewi. Meru diwakili oleh warna hitam, jika tidak terkendali akan memunculkan angkara murka, bila terkendali menjadi sifat kemakmuran abadi.
Ornamen Utama Berbentuk Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Isen-isen Pada Motif Sidomukti
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidomukti antara lain:
- Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
- Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang memenuhi bidang ornamen.
- Ukel yakni lingkaran kecil mengeriting dan sebagainya yang menyerupai.
- Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah biasanya berbentuk melingkar.
Pada awalnya warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni perpaduan antara merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia, warna pada kain batik menggunakan pewarnaan alami dari tumbuhtumbuhan yang hanya dapat menghasilkan warna merah kecoklat-coklatan yang mendekati oranye. Warna merah kecoklatan di dapat dari kulit pohon mengkudu, tingi, tegeran, jambal dan sebagainya disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Motif Batik Sidoluhur
Batik Sidoluhur |
Unsur motif yang terdapat pada batik sidoluhur ini adalah sebagai berikut :
Ornamen utama bangunan/ tahta
Ornamen bangunan/ tahta menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen utama Garuda/ Lar
Ornamen Garuda/ lar digambarkan dengan bentuk garuda satu sayap seperti gambaran dari samping, dengan bentuk sayap tertutup. Motif ini melambangkan Matahari dan tatasurya. Melambangkan tentang watak surya brata atau watak matahari, yaitu melambangkan sifat ketabahan.
Ornamen Utama Burung
Digambarkan dengan bentuk tipe burung merak yang sederhana dan kadang-kadang seperti kupu-kupu. Motif ini melambangkan tentang dunia atas atau udara, melambangkan sifat bayu brata atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak ditonjol-tonjolkan.
Ornamen utama Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Ornamen utama Baito/ Kapal
Barang yang bergerak pada air, dapat dianggap lambang dari pada air atau banyu. Pada motif yang lain air ini dilambangkan dengan binatang-binatang yang hidup dalam air, seperti katak, ular, siput, dan sebagainya. Melambangkan kelapangan hati, ketenangan.
Ornamen utama Kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan sebagai bentuk lung-lungan yang mengisi bidang dan mengelilingi ornamen pokok lainnya, sebagai ornamen pengisi
Isen-Isen Pada Motif Batik Sidoluhur
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidoluhur antara lain:
- Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
- Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang memenuhi bidang ornamen.
- Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah biasanya berbentuk melingkar
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Batik ini dalam tradisi jawa dipakai untuk semua golongan tua dan muda.
Batik Semen Bondhat
Posted by Batik Dan
Posted on 00.16
Batik Motif Semen Bondhet |
Batik Kawung
Posted by Batik Dan
Posted on 22.28
Batik Kawung |
Motif batik Kawung konon diyakini diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram, dan merupakan salah satu anggota Motif Larangan di samping 7 (tujuh) motif larangan lainnya seperti Parang, Parang Rusak, Cemukiran, Sawat, Udan Liris, Semen, dan Alas-alasan. Kawung juga termasuk desain yang sangat tua, terdiri dari lingkaran yang saling berinterseksi. Motif Batik Kawung dikenal di Jawa sejak abad 13 yang muncul pada ukiran dinding pada beberapa kuil/candi di Jawa, seperti Prambanan dan daerah Kediri. Selama bertahun-tahun, patra ini dilindungi hanya untuk keluarga kerajaan Kraton. Lingkaran-lingkaran, terkadang diisi dengan dua atau lebih tanda silang atau ornamen lain seperti garis-garis berpotongan atau titik-titik.
Pada awalnya batik kawung hanya dipakai di kalangan keluarga kerajaan, tetapi setelah Negara Mataram dibagi menjadi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta, maka batik kawung dikenakan oleh golongan yang berbeda. Di Surakarta batik kawung dipakai oleh golongan pangakat punakawan dan abdi dalem jajar priyantaka, sedangkan di Yogyakarta batik kawung dipakai oleh sentana dalem. Ada beberapa jenis motif batik kawung, antara lain kawung picis, kawung bribil, dan kawung sen. Kawung picis diambil dari nama uang pecahan 10 sen, kawung bribil diambil dari nama uang pecahan 25 sen, sedangkan untung kawung sen diambil dari nama uang pecahan 1 sen.
Kata kawung sendiri bisa dihubungkan kata kwangwung, yakni sejenis serangga yang berwarna coklat mengkilap dan indah. Kata kawung bisa juga bermakna sebagai sejenis pohoh palem, aren atau buah dari pohon aren (kolang-kaling). Bentuknya merupakan penampang lintang (irisan) dari buah tersebut yang memperlihatkan bentuk oval dari keempat bijinya. Beberapa berpendapat komposisi biji buahnya itu merupakan penyederhanaan dari 4 kelopak bunga lotus (teratai) yang sedang mekar atau juga merupakan pengembangan dari sisik ikan.
Sebagaimana kita mengenal buah aren atau kolang-kaling, buah tersebut berwarna putih yang tersembunyi di balik kulitnya yang keras. Hal ini dalam masyarakat Jawa mengandung filosofi bahwa kebaikan hati kita tidak perlu diketahui oleh orang lain. Disamping itu, pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Menurut penggolongannya batik kawung termasuk golongan motif geometris yang ciri khas motifnya mudah disusun, dibagi-bagi menjadi kesatuan motif atau pola yang utuh dan lengkap. Ditinjau dari pengertian bentuknya motif batik kawung adalah motif batik yang tersusun dari bentuk bundar lonjong atau elips, susunannya memanjang menurut diagonal miring kekiri dan kekanan berseling-seling serta di susun berulang-ulang.
Salah satu motif yang merupakan modifikasi dari motif kawung adalah motif ceplok. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa (Kejawen) yaitu adanya pengakuan tentang adanya kekuasan yang mengatur alam semesta. Disini Raja dianggap sebagai penjelmaan para dewa, dan dalam melaksanakan tata pemerintahan raja dikelilingi oleh para pembantunya yaitu para bupati. Orang jawa memaknai ini sebagai “ kiblat papat limo pancer”. Empat buah motif bulatam yang merupakan lambang dan persaudaraan yang jumlahnya empat, dan satu motif titik ditengah dianggap sebagai pusat kekuasaan alam semesta. Dengan demikian motif batik kawung yang terdiri dan empat bulatan lonjong dengan titik pusatnya ditengah merupakan lambang persatuan seluruh rakyat, alam dan kepercayaan serta menggabungkan semua unsur kedelapan kesatuan tunggal yang selaras. Disamping merupakan tekad rakyat untuk mengabdi kepada raja atau ratunya, karena raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang merupakan pusat kekuasaan di dunia.
Dalam pewarnaan batik kawung tidak terbatas pada tiga warna (coklat, putih dan hitam atau biru) tetapi didasarkan pada bentuk filosofisnya. Hal ini ecara khusus dikaitkan dengan tiap arah mata angin yang mempunyai perlambang warna "sakti" sebagai berikut:
Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa warna merah sebagai semangat kerja yang tinggi dan berani. Warna putih sebagai kesucian, bersih dan jujur. Warna hitam sebagai ketenangan, teguh dan damai, serta warna kuning sebagai penerang
Pada dasarnya bahwa batik klasik dapat menunjukan tanda-tanda bagi seseorang tentang statusnya. Pada batik kawung tanda tersebut berupa gambaran motif dan warna yang mengandung arti filosofis. Oleh karena itu untuk mengetahui peranan semiotik pada batik kawung perlu kiranya mengkaji berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada ketiga hubungannya, yaitu objek, media dan interpretasi.
Objek
Pada batik kawung terdapat aspek symbol, yaitu sistem tanda yang mengarah kepada suatu pengertian yang terkait dalam konvensi tertentu pada waktu itu. Symbol pada batik kawung dapat diartikan sebagai suatu wujud dari bentuk yang mempunyai maksud tertentu dalam menyatakan hal-hal yang tidak nampak. Maksud dan tujuan dari penciptaan motif pada batik kawung adalah didasar kan adanya "rasa nembah" (bersujud), mendidik berbuat sabar, hati-hati, teliti, tekun dan berbuat baik.
Media
Pada batik kawung terdapat aspek quali-sign, yaitu penampilan kualitas fisik dari bentuk motif kawung dan warnanya serta bahan yang digunakan. Pengertian motif pada batik kawung didasari oleh pohon aren yang buahnya disebut "kolang-kaling", dan bunga teratai yang mempunyai buah bentuknya bulatan lonjong sebanyak empat buah ditambah satu titik ditengahnya sebagai pusat. Warnanya terdiri dari tiga warna, yaitu putih yang berarti kejujuran, coklat berarti sabar dan biru wedel berarti keluhuran. Bahannya terbuat dari mori halus sebagai kain sinjangan yang dalam bahawa Jawa disebut jarit.
Interpretasi
Pada batik kawung terdapat aspek disent yang memberikan tanda sebagai arti kepada sesuatu yang boleh dan tidak boleh. Hal ini berhubungan dengan pemakaian batik kawung, yaitu yang berhak mengenakannya adalah para abdi dalem keraton yang kinasih, artinya abdi yang dekat dengan raja atau keluarga raja. Mulai abdi rendahan (emban dan punakawan) sampai yang berkedudukan tumenggung, dan dipakai dalam kegiatan tertentu seperti upacara ritual dan resepsi perkawinan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada batik kawung terdapat simbol-simbol atau tanda yang menunjukan kepada sesuatu yang bersifat transenden. Simbol tersebut tidak bisa difahami secara harafiah, tetapi didalamnya terkandung perlambangan aspek ketuhanan, falsafah hidup dan konsep keselarasan hidup. Hal tersebut merupakan keselarasan hidup yang lebih baik antara kehidupan duniawi dengan kehidupan dikemudian hari (akhirat).
Pada awalnya batik kawung hanya dipakai di kalangan keluarga kerajaan, tetapi setelah Negara Mataram dibagi menjadi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta, maka batik kawung dikenakan oleh golongan yang berbeda. Di Surakarta batik kawung dipakai oleh golongan pangakat punakawan dan abdi dalem jajar priyantaka, sedangkan di Yogyakarta batik kawung dipakai oleh sentana dalem. Ada beberapa jenis motif batik kawung, antara lain kawung picis, kawung bribil, dan kawung sen. Kawung picis diambil dari nama uang pecahan 10 sen, kawung bribil diambil dari nama uang pecahan 25 sen, sedangkan untung kawung sen diambil dari nama uang pecahan 1 sen.
Buah Pohon Aren (Kolang Kaling) |
Sebagaimana kita mengenal buah aren atau kolang-kaling, buah tersebut berwarna putih yang tersembunyi di balik kulitnya yang keras. Hal ini dalam masyarakat Jawa mengandung filosofi bahwa kebaikan hati kita tidak perlu diketahui oleh orang lain. Disamping itu, pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Batik Motif Kawung Semar |
Salah satu motif yang merupakan modifikasi dari motif kawung adalah motif ceplok. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa (Kejawen) yaitu adanya pengakuan tentang adanya kekuasan yang mengatur alam semesta. Disini Raja dianggap sebagai penjelmaan para dewa, dan dalam melaksanakan tata pemerintahan raja dikelilingi oleh para pembantunya yaitu para bupati. Orang jawa memaknai ini sebagai “ kiblat papat limo pancer”. Empat buah motif bulatam yang merupakan lambang dan persaudaraan yang jumlahnya empat, dan satu motif titik ditengah dianggap sebagai pusat kekuasaan alam semesta. Dengan demikian motif batik kawung yang terdiri dan empat bulatan lonjong dengan titik pusatnya ditengah merupakan lambang persatuan seluruh rakyat, alam dan kepercayaan serta menggabungkan semua unsur kedelapan kesatuan tunggal yang selaras. Disamping merupakan tekad rakyat untuk mengabdi kepada raja atau ratunya, karena raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang merupakan pusat kekuasaan di dunia.
Dalam pewarnaan batik kawung tidak terbatas pada tiga warna (coklat, putih dan hitam atau biru) tetapi didasarkan pada bentuk filosofisnya. Hal ini ecara khusus dikaitkan dengan tiap arah mata angin yang mempunyai perlambang warna "sakti" sebagai berikut:
- Warna putih lambang kejujuran (mutmainah) dan arah timur. Arah timur mengandung arti sebagai sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit.
- Warna hitam lambang angkara murka (lauwamah) dari arah utara. Arah utara mengandung arti sebagai arah kematain.
- Warna kuning lambang budi baik (supiah) dari arah barat. Arah barat mengandung arti sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari.
- Warna merah lambang pemarah (amarah) dari arah selatan. Arah selatan mengandung arti puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith.
Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa warna merah sebagai semangat kerja yang tinggi dan berani. Warna putih sebagai kesucian, bersih dan jujur. Warna hitam sebagai ketenangan, teguh dan damai, serta warna kuning sebagai penerang
Pada dasarnya bahwa batik klasik dapat menunjukan tanda-tanda bagi seseorang tentang statusnya. Pada batik kawung tanda tersebut berupa gambaran motif dan warna yang mengandung arti filosofis. Oleh karena itu untuk mengetahui peranan semiotik pada batik kawung perlu kiranya mengkaji berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada ketiga hubungannya, yaitu objek, media dan interpretasi.
Objek
Pada batik kawung terdapat aspek symbol, yaitu sistem tanda yang mengarah kepada suatu pengertian yang terkait dalam konvensi tertentu pada waktu itu. Symbol pada batik kawung dapat diartikan sebagai suatu wujud dari bentuk yang mempunyai maksud tertentu dalam menyatakan hal-hal yang tidak nampak. Maksud dan tujuan dari penciptaan motif pada batik kawung adalah didasar kan adanya "rasa nembah" (bersujud), mendidik berbuat sabar, hati-hati, teliti, tekun dan berbuat baik.
Media
Pada batik kawung terdapat aspek quali-sign, yaitu penampilan kualitas fisik dari bentuk motif kawung dan warnanya serta bahan yang digunakan. Pengertian motif pada batik kawung didasari oleh pohon aren yang buahnya disebut "kolang-kaling", dan bunga teratai yang mempunyai buah bentuknya bulatan lonjong sebanyak empat buah ditambah satu titik ditengahnya sebagai pusat. Warnanya terdiri dari tiga warna, yaitu putih yang berarti kejujuran, coklat berarti sabar dan biru wedel berarti keluhuran. Bahannya terbuat dari mori halus sebagai kain sinjangan yang dalam bahawa Jawa disebut jarit.
Interpretasi
Pada batik kawung terdapat aspek disent yang memberikan tanda sebagai arti kepada sesuatu yang boleh dan tidak boleh. Hal ini berhubungan dengan pemakaian batik kawung, yaitu yang berhak mengenakannya adalah para abdi dalem keraton yang kinasih, artinya abdi yang dekat dengan raja atau keluarga raja. Mulai abdi rendahan (emban dan punakawan) sampai yang berkedudukan tumenggung, dan dipakai dalam kegiatan tertentu seperti upacara ritual dan resepsi perkawinan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada batik kawung terdapat simbol-simbol atau tanda yang menunjukan kepada sesuatu yang bersifat transenden. Simbol tersebut tidak bisa difahami secara harafiah, tetapi didalamnya terkandung perlambangan aspek ketuhanan, falsafah hidup dan konsep keselarasan hidup. Hal tersebut merupakan keselarasan hidup yang lebih baik antara kehidupan duniawi dengan kehidupan dikemudian hari (akhirat).
Batik Parang Pamor
Posted by Batik Dan
Posted on 22.27
Batik Motif Parang Pamor |
Motif Batik Parang Pamor berasal dari kata “pamor” berarti memancarkan cahaya atau bersinar. Batik Parang Pamor termasuk batik parang awal, artinya termasuk dalam yasan Mataram Kuthagedhe pada abad XVI. Dalam istilah keris pamor adalah hasil campuran bahan pembuat bilahan keris yang menjadi desain yang memancarkan cahaya keindahan serta mendatangkan “daya perbawa” atau wibawa. Makna batik parang pamor bagi si pemakai diharapkan akan mendatangkan kewibawaan.
Batik Parangkusumo
Posted by Batik Dan
Posted on 22.19
Motif Batik Parangkusumo |
Batik Parangkusumo berasal dari kata “kusumo” yang artinya kembang atau bunga yang dikaitkan dengan kembanging ratu. Sesuai dengan namanya, batik Parangkusumo hanya dipakai oleh kalangan keturunan raja secara turun-temurun bila berada didalam keraton.
Motif batik Parangkusumo terdiri dari unsur motif api dan motif mlinjon. Motif-motifnya tersusun menurut garis diagonal, motif api atau motif parang posisinya bertolak belakang dengan motif mlinjon yang berbentuk segi empat belah ketupat. Di tengahtengah motif api terdapat dua motif bunga kecil yang bertajuk tiga dan saling bertolak belakang. Motif batik parang kusuma biasanya digunakan untuk busana pengantin Kasatrian Ageng. Pengertian bunga sama dengan kusuma yang mempunyai makna generasi muda bunga harapan, Jika dirasakan dengan arti perlambangnya memang sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai busana putra-putri Sultan yang semula digunakan untuk malem selikuran, sekarang menjadi busana pengantin. Batik ini berkembang pada masa Penembahan Senopati Mataram pada abad XVI.
Motif batik Parangkusumo terdiri dari unsur motif api dan motif mlinjon. Motif-motifnya tersusun menurut garis diagonal, motif api atau motif parang posisinya bertolak belakang dengan motif mlinjon yang berbentuk segi empat belah ketupat. Di tengahtengah motif api terdapat dua motif bunga kecil yang bertajuk tiga dan saling bertolak belakang. Motif batik parang kusuma biasanya digunakan untuk busana pengantin Kasatrian Ageng. Pengertian bunga sama dengan kusuma yang mempunyai makna generasi muda bunga harapan, Jika dirasakan dengan arti perlambangnya memang sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai busana putra-putri Sultan yang semula digunakan untuk malem selikuran, sekarang menjadi busana pengantin. Batik ini berkembang pada masa Penembahan Senopati Mataram pada abad XVI.
Batik Truntum
Posted by Batik Dan
Posted on 22.04
Motif Batik Truntum |
Batik Truntum mempunyai motif dengan latar hitam dihiasi tebataran bunga tanjung atau melambangkan bintang yang bertebaran dimalam hari. Truntum berarti timbul kembali yang berkaitan dengan kata katresnan atau cinta kasih suami isteri. Maknanya bahwa kehidupan manis tidak terlepas dari dua hal yaitu bungah-susah (senang-susah), padhang-peteng (terang-gelap), kaya-miskin dan seterusnya.
Batik truntum termasuk kelompok motif Ceplok. Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan terletak pada bidang berbentuk segi empat. Truntum berasal dari teruntum – tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa tumbuh, bersemi, semarak lagi. Pola batik truntum menggambarkan sebuah rangkaian bunga-bunga kecil berserta sari-sarinya ibaratnya bunga melati gambir yang sedang mekar berkembang berbau harum semerbak dengan semaraknya di taman. Suatu pengharapan bagi si pemakai motif ini, agar di dalam hidup berkeluarga hendaknya selalu terjadi hubungan yang harmonis, penuh kasih saying, baik kehidupan suami isteri, hubungan antara anak dengan orang tua dalam keluarga sendiri, maupun meluas ke keluarga orang lain dan masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan fungsi motif truntum yang dikenakan pada saat upacara midodareni dan panggih dipakai oleh kedua orang tua pengantin.
Batik ini dipakai oleh orang tua pada saat menikahkan anaknya dengan harapan jangan sampai terjadi perselisihan antara ibu dan bapak dalam niat menjodohkan anaknya.
Batik Ratu Ratih
Posted by Batik Dan
Posted on 03.01
Batik Ratu Ratih |
Batik Jawa Hokokai
Posted by Batik Dan
Posted on 19.55
Batik Jawa Hokokai |
Batik Jawa Hokokai diciptakan para pengusaha Tionghoa dengan tujuan menyesuaikan diri dengan pemerintahan Jepang. Nama Jawa Hokokai diambil dari nama organiosasi yang membantu kegiatan Jepang menciptakan kemakmuran di Asia yang dalam berbagai kegiatan bekerjasama dengan orang Jawa. Salah satu kegiatan pemerintah penjajahan Jepang adalah memesan batik kepada pengusaha batik Pekalongan dan menghadiahkannya kepada orang-orang Indonesia yang banyak berjasa pada Jepang. Salah satu penataan ragam hias yang sangat jelas menunjukkan pengaruh Jepang adalah bagian pola yang disebut Susomoyo yaitu pola pinggiran yang tediri atas ragam hias bunga dan kupu-kupu yang diatur dari pojok ke arah bawah atau pojok bawah kearah samping seperti tata susun pola kimono. Batik Jawa Hokokai dibuat dalam bentuk batik pagi-sore sebagai akibat kelangkaan bahan batik pada Perang Dunia II dan sampai sekarang terus bertaha dalam bentuk itu.
Batik pengaruh Jepang dengan pola Parang dan kawung |
Batik pengaruh Jepang dengan pola Bunga Kupu dan Lereng Bunga |
Daerah perkembangan batik Jawa Hokokai hanya dibuat oleh pengusaha batik Pekalongan sampai akhir tahun 1945. Batik ini digemari sampai tahun 1950 dengan nama Djawa Baru. Perkembangan selanjutnya batik ini menerapkan pola Jlamprang dan Tirtareja, dan parang sebagai isen latar yang dipadu dengan warna sesuai selera orang Indonesia.
Contoh batik Djawa Baru adalah :
Batik Djawa baroe dengan pola Tirtateja dan Jlamprang |
Meskipun buku-buku tentang batik umumnya hanya menyebut sekilas saja tentang batik Jawa Hokokai, tetapi Yayasan Gedung Arsip Nasional berhasil menyusun katalog pameran dengan menggunakan informasi dari nara sumber yang masih ada. Mereka adalah kolektor batik atau juragan pembuat batik, seperti Ny Eiko Adnan Kusuma, Ny Nian Djoemena yang menulis beberapa buku tentang kain Indonesia, dan Iwan Tirta yang artis batik.
Kain-kain batik Jawa Hokokai yang dipamerkan di Gedung Arsip Nasional itu hampir semuanya merupakan batik pagi-sore dengan warna yang cemerlang. Kupu-kupu merupakan salah satu motif hias yang menonjol selain bunga. Meskipun kupu-kupu tidak memiliki arti khusus untuk masyarakat Jepang, tetapi orang Jepang sangat menyukai kupu-kupu. Namun, kupu-kupu dianggap bukan merupakan pengaruh Jepang, melainkan pengaruh dari juragan Tionghoa yang membuat batik di workshop mereka. Untuk orang Tionghoa, terutama yang berada di Indonesia, kupu-kupu merupakan lambang cinta abadi seperti dalam cerita Sampek Engtay.
Motif dominan lainnya adalah bunga. Yang paling sering muncul adalah bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai. Motif hias yang sesekali muncul adalah burung, dan selalu burung merak yang merupakan lambang keindahan dan keanggunan. Motif ini dianggap berasal dari Tiongkok dan kemudian masuk ke Jepang.
Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi dengan misalnya motif bunga padi. Menurut Tamalia, itu menggambarkan suasana saat itu di mana kain sangat terbatas sehingga pembatik memiliki banyak waktu untuk mengerjakan selembar kain dengan ragam hias yang padat. Sebagian batik Hokokai ada yang menggunakan susumoyo yaitu motif yang dimulai dari salah satu pojok dan menyebar ke tepi-tepi kain tetapi tidak bersambung dengan motif serupa dari pojok yang berlawanan.
Meskipun namanya berbau Jepang dan muncul pada masa pendudukan Jepang, tetapi menurut Tamalia batik Hokokai tidak diproduksi untuk keperluan Jepang melainkan untuk orang-orang Indonesia sendiri. Batik-batik itu awalnya dipesan oleh orang dari lembaga Jawa Hokokai untuk orang-orang Indonesia yang dianggap berjasa dalam propaganda Jepang. Kemudian batik seperti ini menjadi mode dan banyak orang Indonesia kaya yang ikut membeli batik dengan ciri tersebut. Yang masih menimbulkan pertanyaan, meskipun pendudukan Jepang atas Indonesia dikenang sebagai masa penjajahan yang sangat pahit, tetapi mengapa kepahitan itu tidak muncul dalam ragam hias sama sekali. Justru batik Jawa Hokokai memberi kesan umum sebuah kegembiraan dengan warna yang cerah, bunga, kupu-kupu, merak. Di sini, memang masih diperlukan riset lebih jauh mengenai batik ini.
Jawa baru
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Batik Jawa baru bisa disebut sebagai evolusi dari batik Hokokai. Pada tahun 1950-an batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik Hokokai yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen-nya tidak serapat batik Hokokai.Artis batik yang kembali mengangkat kembali motif Hokokai adalah Iwan Tirta. Pada tahun 1980-an Iwan menginterpretasi ulang motif batik Jawa Hokokai dalam bentuk desain yang baru. Ia memperbesar motif bunga seperti krisan dan mawar serta menambahkan serbuk emas 22 karat sebagai cara untuk mempermewah penampilan batik tersebut. Untuk pergelarannya pada akhir tahun ini, Iwan juga membuat motif kupu-kupu dalam ukuran besar.
Batik memang bukan asli seni membuat ragam hias khas Indonesia, hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari luar yang mempengaruhi ragam hiasnya. Tetapi sejarah dan perkembangan batik menunjukkan bahwa batik Indonesia masih yang terbaik.
Batik Babon Angrem
Posted by Batik Dan
Posted on 19.57
Batik Motif Babon Angrem |
Karena seekor ayam jika sedang mengerami telurnya membutuhkan hari yang cukup lama agar telurnya dapat menetas dengan sempurna. Batik babon angrem tergolong ke dalam motif batik geometris, yaitu batik yang berbentuk flora atau fauna. Isen yang terdapat pada batik babon angrem adalah ukel yang diselingi dengan gambar dua unggas yang sedang berhadap-hadapan. Batik ini termasuk semen-latar hitam yang dipakai untuk orang dewasa dari semua golongan dan status. Motif batik ini tergolong besar-besar sehingga tidak baik dipakai oleh anak-anak. Batik babon angrem ini tergolong batik tengahan artinya berkembang pada pertengahan abad XVIII.
Batik Belanda Eliza van Zuylen
Posted by Batik Dan
Posted on 09.50
Buket (kumpulan bunga) Eliza Van Zuylen |
Eliza van Zuylen adalah salah satu maestro batik di Indonesia, seorang warga negara Belanda yang hidup antara 1863 - 1947. Berikut ini adalah salah satu gambar karya batik Eliza van Zuylen. Batik karya Eliza van Zuylen kebanyakan bermotif buket bunga, yang kemudian banyak dikenal dengan Van Zuylen Bouquet.
Batik Belanda mulai berkembang antara tahun 1840 - 1940, pada umumnya batik Belanda berupa kain sarung yang hanya dibuat untuk Orang Belanda & keturunan Belanda. Batik jenis ini banyak terdapat di daerah pantai, misalnya di daerah kota Pekalongan. Sebagian besar pola Batik Belanda termasuk dalam pola buketan. Salah satunya yang terkenal adalah batik buketan karya Eliza Van Zuylen.
Pada perkembangan batik Belanda, batik Eliza van Zuylen diakui merupakan sebagai puncak karya cipta pengusaha batik Belanda. Karena batik Eliza van Zuylen ini memiliki tingkat kerumitan yang paling tinggi baik dalam hal ragam hias yang khas dan mendetail, juga dari segi beranekaragamnya warna yang dihasilkan. Sebagian besar batik Eliza Van Zuylen bercorak buketan, untuk menghasilkan warna-warni bunga pada corak buketan ini Eliza Van Zuylen menggunakan zat warna sintetis sehingga warna yang dihasilkan lebih beragam. Sedangkan proses pewarnaan juga dilakukan dengan cara dicelup dan dicolet untuk efisiensi waktu dalam proses pengerjaan.
Eliza van Zuylen juga melakukan berbagai pengembangan motif, misalnya dengan mengakulturasi corak buketan-nya dengan unsur-unsur kebudayaan Cina, dikarenakan pada saat itu sudah mulai bermunculan juga pengusaha batik Cina dan Arab di Pulau Jawa. Unsur-unsur kebudayaan Cina tersebut terlihat pada munculnya corak teratai, burung merak dan detail isen-isen yang lebih rumit pada pola buketannya. Warna yang ditampilkan pada batik menjadi lebih beragam dan cerah, masih dengan menggunakan pewarna sintetis.
Eliza Van Zuylen |