FEEDBURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Ragam Hias Batik

Batik Mega Mendung Cirebon
Ragam hias batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting. Jumlah ragam hias pada batik tradisional Indonesia saat ini sangat beragam baik variasi bentuk maupun warnanya. Pada umumnya ragam hias batik sangat dipengaruhi oleh faktor Letak geografis daerah pembuatan, Sifat dan tata penghidupan di daerah bersangkutan, Kepercayaan dan adat istiadat yang ada di daerah tempat pembuatan batik, Keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna, Adanya kontak atau hubungan antar daerah pembuat pembatikan
Unsur-Unsur Ragam Hias
Pada sehelai kain batik memuat sejumlah ragam hias yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu:
1. Ornamen Utama
Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan motif tersebut mempunyai makna, sehingga dalam pemberian nama motif batik berdasarkan perlambang yang ada pada ornamen utama ini. Jika ragam hias utamanya adalah Parang maka batiknya biasannya diberi nama Parang. 
Ragam hias utama banyak sekali macamnya diantaranya: meru, api, naga, burung, garuda, pohon hayat, tumbuhan, bangunan, parang dll.
2. Isen-isen
Isen-isen merupakan aneka corak pengisi latar kain dan pada bidang-bidang kosong ragam hias. Pada umumnya berukuran kecil dan kadang rumit. Dapat berupa titik-titik, garis-garis ataupun gabungan keduannya. Jumlah isen-isen ada banyak sekali tetapi pada perkembangannya hanya beberapa saja yang masih biasa dijumpai dan masih dipakai pada saat ini.
Isen-isen pengisi latar antara lain : galaran, rawan, ukel, udar, belara sineret, anam karsa, debundel atau cebong, kelir, kerikil, sisik melik, uceng mudik, kembang jati dan gringsing.
Isen-isen pengisi bidang kosong antara lain : cecek, kembang jeruk, kembang suruh, kembang cengkeh, sawat, sawut kembang, srikit, kemukus, serit, untu walang. Pembuatan isen-isen memerlukan waktu yang cukup lama bentuk-bentuknya yang kecil dan rumit membututuhkan ketelitian yang tinggi.
Penggolongan Ragam Hias Batik Berdasarkan Bentuknya
Ragam hias batik berdasarkan bentuknya secara garis besar dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris.
1. Ragam Hias Geometris
ragam hias geometris adalah ragam hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran dan bintang yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan motif. yang termasuk ragam hias geometris adalah:
a. Motif Ceplok
Motif ceplok atau ceplokan adalah motif-motif batik yang di dalamnya terdapat gambaran-gambaran bentuk lingkaran, roset, binatang dan variasinya. Beberapa nama motif ceplok, yaitu: ceplok nogosari, ceplok supit urang, ceplok truntum, ceplok cakra kusuma.
b. Motif ganggong
Banyak orang menganggap motif ganggong adalah motif ceplok, karena sepintas hampir sama. Ciri khas yang membedakan motif ganggong dengan ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis-garis yang panjangnya tidak sama dan pada ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa salib. Nama-nama motif ganggong antara lain: ganggong arjuna, ganggong madusari, ganggong sari.
c. Motif Parang dan Lereng
Motif Parang merupakan salah satu motif yang sangat terkenal dalam kelompok motif garis miring. Motif ini terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45º. Contoh motif Parang dan lereng adalah: Parang rusak, Lereng ukel
d. Motif Banji
Motif banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika dengan garis-garis, sehingga membentuk sebuah motif. Nama-nama motif banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton, banji lancip.
2. Ragam Hias Non-Geometris
Pola non-geometris merupakan pola dengan susunan tidak terukur, artinya polanya tidak dapat diukur secara pasti meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh motif. Pola yang termasuk keadalam golongan pola non geometris yaitu :
a. Motif Semen
Ragam hias utama yang merupakan ciri motif semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung mahameru. Hakekat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas ( Jawa : semi ) hingga motif ini disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah Garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh motif semen adalah semen jolen dan semen gurdha.
b. Motif Lung-lungan
Sebagian besar motif lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan motif semen. Berbeda dengan motif semen, ragam hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Motif lung-lungan diantaranya adalah Grageh waluh, Babon Angrem.
c. Motif Buketan
Motif buketan mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung atau berbagai satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan motif.
d. Motif Pinggiran
Motif ini disebut motif pinggiran karena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk ”hiasan pinggir” atau ”hiasan pembatas” antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben dan udheg.
e. Motif Dinamis
Motif dinamis adalah motif-motif yang masih dapat dibedakan menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisional, motif ini merupakan peralihan motif batik klasik dan modern.

Kain Mori Dalam Pembuatan Batik

Kain Mori Setelah Dipola Batik
Kain mori  atau “muslim” atau “cambric”, adalah kain yang terbuat dari benang kapas. Kain kapas yang ditenun menjadi kain disebut Katun berasal dari bahasa Arab yaitu Quoton. Pada tahun 2500 sebelum Masehi orang mesir menenun kapas untuk membalut mumi raja. Hal tersebut menandakan bahwa kapas sudah dikenal sejak dahulu, bahkan seluruh dunia telah mengenal kapas secara menyeluruh.
Sejarah perkembangan kapas diperkirakan telah diketemukan ditiga tempat berbeda belahan dunia, yaitu India, Cina, Peru, dan Amerika Selatan. Catatan pertama tentang kapas diketemukan oleh sejarawan Yunani bernama Herodotus hidup sekitar tahun 484 sebelum Masehi. Dimana pohon kapas banyak tumbuh di India pada tahun 5000 sebelum Masehi. Sahabat Herodotus bahkan menambahkan bahwa kapas berasal dari “Pohon Domba“ yang merupakan nenek moyang dari hewan domba yang sebenarnya. Penjelajah Marcopolo pada tahun 1298 menyatakan bahwa India merupakan penghasil kapas terbaik didunia.
Kain katun berasal dari serat kapas yang dihasilkan dari buah tanaman jenis gossypium, serat kapas terdiri dari molekul–molekul selulosa yang merupakan polimer linier tersusun dari komdensasi molekul glukosa yang terikat satu sama lain membentuk polimer yang panjang
Berdasarkan tingkat kehalusannya Kain mori atau kain katun dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
Golongan Kain Mori Primisima
Mori Primisima adalah golongan mori yang paling halus. Dahulu Indonesia import kain primissima dari Belanda, kemudian mendatangkan dari Jepang. Tahun 1970 Pabrik cambric Medari milik GKBI mulai membangun bagian khusus membuat kain atau mori primissima
Mori atau kain Primissima yang dulu masuk dari negeri Belanda dengan nama cap “Sent“, tapi pada perkembangannya sekarang ini P.T Primissima Medari mengeluarkan produk kain yg setara dengan cap “sent “ dengan nama “Kereta Kencana“ selain itu ada lagi merk Gamelan/Gong, dan merk Tari kupu. Kain atau mori diperdagangkan dalam bentuk piece (blok, geblok, gulungan) dengan ukuran lebar 43 inchi (106 cm) dan panjang 37,5 yard (33,5 m).
Sifat–sifat khusus kain primissima adalah dingin apabiala dipakai karena menyerap keringat, halus karena tenunan yang rapat serta mudah menyerap warna, sehingga dapat menghasilkan warna yang bagus apabila dipergunakan untuk media lukisan dengan mempergunakan pewarna alami. Perawatannya juga lebih mudah dan mempunyai tingkat keawetan yang lebih tahan lama.Mori ini digunakan untuk batik tulis, jarang sekali untuk batik cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 42" atau + 106 cm, panjang 17,5 Yard + 15,5 m.
Golongan Kain Mori Prima
Mori prima adalah golongan mori halus kedua. Kain mori ini juga bagus untuk dipergunakan sebagai media lukisan dengan menggunakan pewarna alami. Golongan Prima ini belum dapat diproduksi didalam negeri, tetapi kain yangt dibuat oleh Pabrik cambric GKBI–Medari kwalitasnya sudah mendekati golongan prima (Primatexco Batang).
Mori ini digunakan untuk batik tulis maupun cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 42" atau ± 106 cm, panjang 17,5 Yard ± 15,5 m.
Golongan Kain Mori Biru
Mori biru adalah golongan mori kualitas ketiga. Mori ini digunakan untuk batik kasar atau sedang, tidak untuk batik tulis halus. Mori ini juga diperdagangkan dalam bentuk piece (gulungan) lebar 40" atau ± 100 cm, panjang 16 yard, 30 yard, 40 yard, dan 45 yard.
Golongan Grey/Blaco
Golongan ini adalah jenis kain mori yang kasar.
Sebagian besar batik menggunakan bahan mori (katun), karena di samping harganya relatif murah juga mudah diproses. Adapun proses-proses yang dilakukan selama pembuatan batik, khususnya batik tulis atau cap adalah sebagai berikut
Mencuci/Nggirah/ Ngetel
Biasanya mori batik diperdagangkan dengan diberi kanji secara berlebihan, agar kain tampak tebal dan berat. Karena kanji dalam proses pemberian warna bersifat menghalangi penyerapan, maka perlu dihilangkan kemudian diganti dengan kanji ringan. Cara menghilangkan kanji tersebut, kain direndam dalam larutan enzim atau direndan satu malam, kemudian dikeprok/dicuci kemudian dibilas dengan air bersih. Bila kain tersebut akan dibuat batik halus (kualitas prima atau primisima), maka mori itu tidak cukup hanya dicuci saja, tetapi di “kloyor” atau di “ketel”.
Pekerjaan ngetel mori tidak hanya menghilangkan kanji saja, melainkan kain mempunyai daya penyerapan lebih tinggi dan supel, tetapi terjadi penurunan kekuatan kain walaupun sedikit. Proses ini menyerupai proses merserisasi.
Pada pembatikan sekarang, kain sudah siap untuk dibatik karena kain dipasaran kanji yang diberikan pada kain merupakan kanji ringan dan kain telah mengalami proses merser.
Yang dipakai untuk ngetel pada dasarnya adalah campuran minyak nabati (minyak kacang, minyak klenteng, minyak kelapa) dan bahan–bahan pelarut lain seperti soda abu, soda kostik, soda kue. Kain dikerjakan berulang–ulang dengan larutan tersebut dimana setiap pengerjaan ulang kain dikeringkan/dijemur
Pekerjaan ketelan tersebut masih banyak cara–cara dan variasinya, tiap daerah pembatikan mempunyai cara dan pengalaman sendiri – sendiri. Beberapa cara diatas merupakan contoh.
Pada era sekarang ini pengerjaan mengetel sudah tidak dikerjakan lagi mengingat lama dan kurang efesien. Sebagai gantinya kain direndam dalam larutan penghilang kanji seperti enzim dan sebagainya.
Menganji Kain
Kain yang akan dibuat batik perlu dikanji agar lilin batik tidak meresap kedalam kain. Tetapi kanji tersebut tidak boleh menghalangi penyerapan zat warna pada kain, maka kanji yang diberikan adalah kanji tipis atau kanji ringan.
Ngemplong
Kain mori yang telah dikanji perlu dihaluskan atau diratakan permukaannya dengan cara dikemplong.
Ngemplong adalah meratakan kain dengan cara kain dipukul berulang–ulang dengan menggunakan palu dari kayu. Cara ngemplong adalah kain yang telah dikanji dan kering, beberapa lembar kain dilipat kemudian di letakKan dia atas landasan kayu yang permuakannya rata, gulungan kain diikat dengan landasan kayu agar tidak lepas, kemudian kain dipukul dengan pemukul kayu. Setelah kain rata gulungan kain dibuka dan kain satu persatu dibuka, dilipat untuk dibatik.
Karena meratakan kain dalam keadaan dingin, tidak seperti jika menggunakan seterika panas, maka kanji pada mori mudah dihilangkan dengan pencucian. Pewarnaan tidak terganggu oleh adanya kanji pada kain batik dalam proses persiapan ini.
Mencanting atau Mencap Kain Mori
Kain yang sudah dikerjakan persiapan, bila akan dibatik, dipola lebih dulu bertujuan untuk menggambar desain dengan pinsil, kemudian baru masuk pada pembatik tulis. Untuk batik cap, proses pembatikan dapat langsung dikerjakan tanpa perlu dipola.
Memberi Warna
Mori batik yang telah dicap atau ditulis dengan lilin yang merupakan gambaran atau motif dari batik yang akan dibuat, diberi warna, sehingga pada tempat yang terbuka menjadi berwarna sedang pada tempat yang tertutup dengan lilin tidak kena warna atau tidak diwarnai.
Menghilangkan Lilin Batik
Menghilangkan lilin batik pada kain batik dapat berupa menghilangkan sebagian atau keseluruhan. Menghilangkan lilin sebagian atau setempat adalah melepaskan lilin pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin itu dengan alat semacam pisau, pekerjaan ini disebut ”ngerok” atau ngerik”.
Menghilangkan lilin keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik, disebut ”mbabar” atau ”ngebyok” atau melorod. Menghilangkan lilin pada kain secara keseluruhan ini dikerjakan dengan cara pelepasan di dalam air panas, di mana lilin meleleh dan lepas dari kain. Air panas sebagai air lorodan tersebut biasanya diberi larutan kanji untuk kain batik dengan zat warna dari nabati, sedang untuk batik dengan zat warna dari anilin (sintetik) air lorodan diberi soda abu.
Untuk batik dari sutera atau serat protein yang lain, maka penghilangan lilin secara pelarutan, yaitu kain direndam dalam pelarut lilin yaitu bensin (tetapi awas akan bahaya kebakaran). Cara lain untuk menghilangkan lilin pada batik sutera, pada proses pembatikan digunakan lilin khusus yang mudah lepas pada air panas, dapat juga tetap digunakan lilin biasa tetapi pada air lorodan diberi emulsi minyak tanah dan teepol, atau kain direndam dingin dalam larutan alkali (misalnya 10 gram per liter soda abu).

Batik Lok Can

Kain Lokcan
Pengaruh budaya Tiongkok juga terdapat pada batik di pesisir utara Jawa Tengah hingga saat ini yang dikenal dengan nama Lok Can. Lok Can merupakan burung yang dibawa oleh tentara Tartar. Setiap daerah di Indonesia memiliki motif yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain.
Orang-orang Tionghoamulai membuat batik pada awal abad ke-19. Jenis batik ini dibuat oleh orang-orang Tionghoa atau peranakan yang menampilkan pola-pola dengan ragam hias satwa mitos Tiongkok, seperti naga, ragam hias yang berasal dari keramik Tiongkokkuno serta ragam hias yang berbetuk mega dengan warna merah atau merah dan biru. Batik Tionghoajuga mengandung ragam hias buketan, terutama batik Tionghoa yang dipengaruhi pola Batik Belanda. Pola-pola batik Tionghoa dimensional suatu efek yang diperoleh karena penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan warna lain dan isian pola yang sangat rumit. Hal ini ditunjang oleh penggunaan zat warna sintetis jauh sebelum orang-orang Indo-Belanda menggunakannya.
Batik Tulis Lok Can
Batik Lok Can awalnya dibuat dengan bahan sutera (bahasa Cina: Can = sutera). Warna motif batik Lok Can didominasi oleh warna biru, khususnya biru muda (bahasa Cina: Lok = biru), dan warna latar belakang putih atau krem. Namun kini, banyak dijumpai Batik Lok Can berbahan katun primis super halus dengan variasi warna yang semakin menarik dan terjangkau harganya.
Ornamen utama motif Batik Lasem Lok Can sesungguhnya berupa stylisasi burung hong (phoenix). Meski ada kalanya dimodifikasi dengan motif burung kecil, yakni wallet/sriti, yang banyak terdapat di Lasem. Modifikasi Motif Burung Phoenix selalu diharmonisasikan dengan motif flora dan bahkan fauna. Selain bernilai artistik estetis, Batik Lasem Lok Can memiliki makna sosial filosofis, yaitu burung Phoenix (Hong) melambangkan kebajikan, prestasi, dan keabadian.

Sejarah Batik Malaysia Motif dan Keanekaragamannya

Pengrajin Batik di Malaysia
Pengrajin Batik di Malaysia
Sejarah batik Malaysia dimulai pada abad ke 18 saat Batik Minah Pelangi mendirikan perusahaan Batik di Trengganu. Pada tahun 1911 Haji Che Su bin Haji Ishak mendirikan perusahaan Batik di kawasan Lorong Gajah Mati, Kota Baru - Kelantan. Pada jaman dahulu, masyarakat Melayu menggunakan kentang sebagai alat cap pembuat batik, tetapi saat ini kain batik telah dibuat dengan alat-alat modern. Di Melayu (Pulau Sumatra dan Malaysia), suatu motif batik yang disebut Batik Pelangi yang telah diperkenalkan sejak tahun 1770-an.
Pada saat itu teknik pembuatan batik hanyalah menggunakan teknik ikat dan celup dan dikenali sebagai Batik Pelangi. Pada saat itu kain diimport dari Thailand jenis ‘Kain Pereir’ sementara itu pewarna dibuat sendiri dengan menggunakan pewarna buah dan kulit kayu. Warna kain batik pelangi hanyalah Biru dan hitam saja. Pada tahun 1922 Haji Che Su telah mulai membuat batik yang menggunakan blok kayu (tehnik batik cap). Pada tahun 1926 pewarna kimia dari Eropa telah membawa perkembangan batik Malaysia dan mulai banyak digunakan. Aneka corak batik awalnya dipengaruhi oleh corak batik Indonesia disertai dengan nama batik yang dikomersialkan.
MOTIF BATIK MALAYSIA
Motif batik di Malaysia banyak dipengaruhi oleh alam sekitar. Motif-motif ini dihasilkan karena kepekaan masyarakat tradisional terhadap lingkungan. Bagi mereka apa saja yang menarik dan mengandung falsafah sendiri bisa dijadikan corak. Oleh itu kita boleh membuat kesimpulan bahwa motif-motif ini menunjukkan penyatuan masyarakat tradisional dengan alam. Terdapat enam jenis motif alam yang digubah menjadi corak atau ragam hias yang menarik:
Unsur flora
Fungsi unsur flora adalah seperti berikut:
§  Untuk menghiaskan kain batik ela. Motif flora seperti bunga, kudup, putik, daun, ranting dan pucuk digunakan secara tunggal atau bertabur
§  Untuk menghiasi badan batik sarung.
v bunga, kuntum, putik, ranting dan pucuk disusun menjalar datar dengan bentuk lembut
v helaian daun, kelopak serta ranting dan bunga
v bunga disusun berdahan tegak
§  Untuk menghiasi bahagian kepala kain (gunung) biasanya motif pucuk rebung biasa digunakan, ragam corak diubah bukan secara realistik tetapi campuran gaya organik dan geometri.

Unsur Flora Pada Batik Malaysia
Unsur Flora Pada Batik Malaysia





Unsur fauna
Unsur-unsur fauna adalah seperti:
Motif rama-rama, kumbang, burung, ayam, rusa, bangau, ikan, kijang dan sebagainya.
Unsur Fauna Pada Batik Malaysia
Unsur Fauna Pada Batik Malaysia







Unsur geometri
Fungsi motif unsur rupa geometri:
§  Untuk hiasan kaki kain atau gigi — susunan garis-garis halus, motif parang rusak, motif banji atau swastika dan motif pinggir awan digunakan.
§  Garis-garis lurus yang direka dan disusun menjadi motif seperti cangkerang, siput, kisi-kisi, jaring bersilang dan lain-lain lagi.
§  Untuk menghiasi batik panjang — motif kawung dalam susunan empat bentuk bujur sering digunakan.
§  Motif ceplok dengan susunan segi empat yang berisikan beberapa bentuk lain seperti bunga, unggas atau binatang dan garis berpalang digunakan bentuk ini bukan bentuk geometri sebenarnya, ini merupakan campuran gaya organik dan geometri.
Contoh motif unsur geometri: keluk pinggir awan persegi, pilin berganda', buntut siput, parang rusak, banji, ceplok, jalur, kawung.
Unsur Geometri Pada Batik Malaysia
Unsur Geometri Pada Batik Malaysia





Unsur benda buatan manusia
Fungsi motif unsur buatan manusia yang agak moden ini biasanya digunakan untuk hiasan batik ela. Contoh motif unsur benda buatan manusia:
§  abor
§  jaring ikan
§  kampung
§  layang layang
Unsur Buatan Manusia Pada Batik Malaysia
Unsur Buatan Manusia Pada Batik Malaysia







Unsur Motif Isen
Isen ialah motif pengisi untuk, memenuhi kain batik tradisional atau sebagai latar belakang kepala sesualu pola corak.
Contoh jenis isen:
Ada-ada, atap, sirapan, berangan, cacah gari, cantlel, cecek-cecek, cecek pitu, cecek sawut daun, galangan, grinsing, mata dara, penutup, poleng, sisik dan sebagainya.
Daftar Pola/Motif Batik Malaysia.
Contoh Motif Isen Pada Batik Malaysia
Contoh Motif Isen Pada Batik Malaysia






Terdapat beberapa jenis susunan motif pada kain batik Malaysia, yaitu:
§  berdiri
§  berjalur
§  calur/ dam
§  kisi-kisi
§  melintang
§  menyeluruh
§  serong
§  tompok-tompok (bertabur)
§  ulang bersilang
§  ulang batu bata
Motif pucuk rebung sering diletakkan pada bagian kepala kain. Susunan motif untuk bagian badan kain lebih bebas, berbentuk bunga berpohon atau bunga tunggal bisa disusun untuk menghasilkan corak. Motif parang rosak, pilin berganda atau banji sering digunakan untuk susunan menyerong. Motif pinggir awan, keluk berlingkar, keluk berbunga dan lengkungan separuh bulat sering menyatukan bentuk dengan bagian badan kain.
JENIS TEKNIK DAN PEMBUTAN BATIK DI MALAYSIA
Terdapat tiga teknik pembuatan batik di Malaysia.
Teknik batik blok
§  Blok tembaga yang berukir dengan gaya ukiran timbul digunakan untuk mengecap.
§  Berbagai wama yang digunakan untuk membuat corak yang berlatarkan kain putih.
§  Biasanya tiga blok yang berbeda digunakan.
§  Setiap blok mempunyai sarang tertentu.
§  Sarang jenis ini meninggalkan garis serta titik yang khas dan bungkus pada terapan lilin apabila dicelup dengan pewama.
§  Corak dan motif yang lebih rumit dan sempurna juga dapat dihasilkan.
Peralatan Yang Digunakan
§  Blok bunga atau sarang yang dibentuk khas dan di pateri mengikut rekaan corak
§  Kuali leper untuk memasak bahan campuran lilin dan pengadang
§  Kuali kawah untuk mencelup, merendam dan merebus kain
§  Meja menerap
Dilapisi span, kain goni atau kelopak batang pisang yang telah diproses dan direndam dalam air garam selama 12 jam.
Biasanya pokok pisang jenis kelat air, pisang Benggala atau Pisang rasa digunakan
§  Kain putih
§  Bahan pewarna
§  Debu soda
Proses membuat batik Cap di Malaysia:
§  Kain putih direbus untuk melembutkan dan menanggalkan kanji, kemudian dijemur sampai kering.
§  Kain dibentangkan dengan rata di atas permukaan meja.
§  Bahan campuran lilin damar dipanaskan dan permukaan blok dicelup kedalam lilin cair itu.
§  Lilin cair diterapkan pada permukaan kain mengikut susunan dan pola letak /motif dengan teliti.
§  Kain yang telah siap dicap dengan lilin dicelup ke dalam bahan pewarna.
§  Proses menerap dan mencelup warna dilakukan berulang kali dengan blok dan pewama yang berlainan untuk menghasilkan kain batik yang beraneka corak dan warna.
§  Kain kemudian direbus dengan air yang dicampurkan dengan bahan debu soda.
§  Kain dicuci dan dibilas sebelum dijemur sehingga kering.
Teknik batik tulis Malaysia
Banyak disukai oleh orang Malaysia karena mempunyai ciri yang up to date; wama eksklusif dan motif yang bebas serta dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Batik Tulis juga mempunyai motif/corak yang tersendiri.
Peralatan yang digunakan:
§  Kain putih atau kertas
§  Canting
§  Campuran lilin (lilin paraffin, lilin lebah, dammar & lemak binatang/minyak masak)
§  Berus lembut
§  Serbuk pewarna jenis ‘reactive-dye’
§  Sodium silicate (Pemati wama)
§  Soda ash
§  Pemidang kayu
Proses membuat batik tulis Malaysia:
§  Kain yang telah dicuci (untuk membuang kanji) dikeringkan dan diregangkan pada pemidang kayu.
§  Motif dan corak dilakar pada kain dengan menggunakan pensil (6D).
§  Bahan campuran lilin dipanaskan dengan suhu sedang.
§  Lilin (60%) + damar (40%) + sedikit minyak masak untuk melicinkan aliran lilin.
§  Canting yang berisi lilin cair digunakan untuk melukis mengikuti pola di atas permukaan kain.
§  Bahan pewama disapu pada pola corak.
§  Kain dibiarkan mengering, kemudian disapu atau direndam dengan sodium silikat dan dibiarkan selama 8-12 jam di tempat teduh untuk mematikan warna.
§  Kain yang telah dimatikan warnanya, dicuci dengan air mengalir sehingga menghilangkan bekas sodium silikat tersebut.
§  Kain selanjutnya direbus dan di campur dengan sedikit abu soda sehingga lilinnya lepas.
§  Kain dicuci dan dibilas di dalam air sehingga bersih sebelum dikeringkan.
Teknik Batik Skrin Malaysia
Pada awalnya dipelopori oleh sekelompok pembuat batik di negeri Kelantan dan terus berkembang menjadi satu industri.
Proses pembuatan lebih cepat, lebih ekonomi dan teknik yang digunakan lebih cepat daripada teknik membatik yang lain.
Peralatan:
§  Skrin
§  Sekuji
§  Meja mengecap
§  Selongsong slensil
§  Kain putih
§  Bahan pewarna
§  bahan lekar
Proses membuat batik skrin di Malaysia
§  Motif/Pola dibuat, dilukis dan ditentukan skema warnanya pada kertas
§  Pecahan pola/ corak dibuat mengikut warna untuk menentukan jumlah pemidang yang akan digunakan
§  Selongsong stensil yang diisi dengan bahan laker digunakan untuk melukis corak pada skrin mengikut pecahan warna dan reka corak
§  Kain putih yang bersih diregang diratakan diatas meja
§  Skrin diletakkan di atas permukaan kain dengan ditata dengan rapi
§  Bahan pewarna dituang pada bagian ujung skrin
§  Pewarna disapukan dengan lembut dan rata dengan cara menarik atau menolak sekuji
§  Kain yang telah siap dicetak dijemur sehingga kering
§  Proses penguapan dilakukan pada kain supaya wamanya tidak luntur
§  Kain kemudiannya direndam dan dibersihkan di dalam air hangat yang bercampur bio-soft untuk menanggalkan sisa bahan pewarna di samping untukmelembutkan kain dan dijemur.

Canting Batik Macam dan Kegunaannya

Canting Batik dan Bagiannya
Canting berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik tulis. Canting batik terdiri dari tiga bagian yaitu cucuk, nyamplung dan pegangan. Cucuk atau carat fungsinya seperti mata pena sebagai ujung keluarnya cairan malam (lilin). Supaya keluarnya lebih lancar, ujung cucuk ini ditiup dahulu untuk mendinginkan suhu malam. Nyamplung fungsinya sebagai tempat untuk memasukkan malam panas. Cucuk dan nyamplung terbuat dari tembaga, karena tembaga merupakan material yang baik sebagai penghantar panas.
Bagian canting batik yang ketiga adalah pegangan canting batik yang terbuat dari bambu. Pada umumnya canting batik terbuat dari tembaga, dalam perkembangannya fungsi tembaga digantikan dengan teflon. Bahkan saat ini ada canting batik elektrik yang pemanasnya langsung ke nyamplung canting, jadi tidak perlu di panaskan di dalam wajan.
Bentuk dan bagian-bagian canting batik:
Bagian-bagian Canting Batik
  1. Gagang terong, yaitu tangkai canting batik yang terletak pada bagian belakang untuk ditancapkan pada tangkai yang sebenarnya dan umumnya terbuat dari bambu.
  2. Nyamplungan, yaitu badan utama canting batik dan berbentuk oval agak pipih. Fungsinya untuk menciduk dari tempat cairan malam. Dinamakan nyamplungan karena bentuk dan besarnya menyerupai nyamplung yaitu nama buah-buahan.
  3. Carat/cucuk. Carat atau cucuk terletak pada bagian paling depan dan berbentuk seperti pipa melengkung. Fungsinya untuk jalan keluarnya cairan malam.
Sebagai alat untuk melukis batik, canting batik dibedakan menjadi beberapa macam, canting batik menurut fungsinya, canting menurut besar kecilnya cucuk, dan canting batik menurut banyaknya cucuk atau carat.
1. Canting Batik Menurut Fungsinya
Canting Batik Rengreng
Canting batik ini mempunyai cucuk tunggal dan tidak terlalu besar, diameter 1-2.5 mm. Fungsinya untuk membuat pola pertama pada batik tulis atau terkenal dengan istilah merengreng. Pola pertama atau dasar tidak terlalu rumit karena belum ada isian maupun tembokan atau pulasan pada kain.
Canting Batik Isen
Canting batik isen mempunyai cucuk tunggal dan banyak sesuai dengan motif yang diinginkan, diameter canting ini lebih kecil 0.5-1.5 mm.
2. Canting Batik Menurut Ukurannya
Canting Batik Cucuk Kecil
Adalah canting batik bercucuk kecil digunakan untuk membuat isen pada pola batik yang telah direngreng.
Canting Batik Cucuk Sedang
Canting batik ini digunakan untuk membuat pola pertama sebagai pola dasar dalam pembuatan batik tulis.
Canting Batik Cucuk Besar
Digunakan untuk membuat pola-pola yang berukuran besar. Pola tersebut dipilih untuk membuat perbedaan antara pola utama dan pola tambahan. Tapi tidak semuanya pola diperlakukan seperti itu karena akan memakan waktu yang lebih lama untuk memilih pola yang akan diperbesar. Di daerah Trusmi, Cirebon canting batik ini digunakan untuk membuat tembokan atau pulasan pada kain, biasanya ujung cucuk ditambah dengan balutan kain sehingga diameter yang didapat lebih besar.
3. Canting Batik Menurut Banyaknya Cucuk atau Carat
Canting Batik Cecekan
Canting batik ini tergolong canting isen yang mempunyai carat tunggal. Fungsinya sebagai pembuat titik-titik isen atau isen lainnya seperti isen ukel, pada motif batik.
Canting Batik Loron
Diambil dari kata loro (dua dalam bahasa jawa), yang berarti canting batik ini mempunyai cucuk dua atas dan bawah. Fungsinya untuk membuat garis rangkap pada pola batik seperti batasan pada bogem.
Canting Batik Telon
Canting batik telon mempunyai cucuk tiga berbentuk segitiga sama sisi. Fungsinya untuk membuat pola isen yang berbentuk segitiga.
Canting Batik Prapatan
Bentuk canting batik prapatan cucuknya mempunyai empat buah dengan titik pola segi empat. Fungsinya sama seperti canting batik isen lainnya sebagai pembuat pola isen sehingga menghasilkan pola segi empat.
Canting Batik Liman
Mempunayai cucuk lima dengan titik berbentuk lingkaran. Satu sebagai pusatnya dan keempatnya mengelilingi pusat.
Canting Batik Byok
Canting batik ini cucuknya berjumlah tujuh atau lebih biasanya jumlahnya ganjil. Fungsinya untuk membuat lingkaran
Canting Batik Galaran
Canting batik galaran atau renteng mempunyai mata cucuk yang berbaris dari atas kebawah, jumlahnya empat atau lebih, biasanya berjumlah genap.

Lilin Batik

Lilin Batik
Lilin Batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain mori menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Lilin batik ini bukan merupakan terdiri dari satu macam bahan, tetapi campuran dari berbagai bahan pokok lilin. Sebagai bahan pokok lilin misalnya adalah; Gondorukem, Damar, Matakucing, Parafin (putih dan kuning), Microwax, lemak binatang (kendal, gajih), minyak kelapa, lilin tawon, lilin Lanceng.
Ada tiga jenis lilin batik, yakni lilin klowong untuk nglowong dan ngisen-iseni; lilin tembokan untuk nembok dan lilin biron untuk mbironi. Masing-masing lilin batik digunakan sesuai dengan tahap pembuatan batik, yaitu nglowong dan ngisen-iseni, nembok dan mbironi. Sesuai cara penempelannya, untuk batik tulis digunakan alat yang disebut canting, untuk batik tulis menggunakan canting tulis sedangkan untuk batik cap digunakan canting cap.
Jumlah bahan pokok komposisi dasar suatu lilin batik yang dipakai dan perbandingannya adalah bermacam-macam, menurut pemakaiannya dan pengalamannya masing-masing. Jadi lilin batik itu sudah merupakan kombinasi dari bahan-bahan pokok lilin batik. zaman dahulu dalam pembuatan batik, sebagai penutup kain menggunakan bubur dari ketan dan kain yang dibuat dengan cara ini disebut sebagai kain simbut. Namun setelah ditemukannya lilin cara seperti sudah tidak dipergunakan kembali.
Awal mula pemakainan lilin dalam proses penutup dakian saat membuat motif batik menggunanakan lilin dari tawon atau klanceng. Lilin dari binatang ini menurut orang jawa disebut dengan “malam”, maka lilin batik masih sering disebut pula malam batik. Karena pengalamannya, orang kemudian mencampur malam yang murni dari binatang lebah itu dengan bahan dari tumbuhan seperti Gondorukem dan Damar matakucing.
Kemudian untuk melemaskan dan menurunkan titik lelehnya ditambah lemak atau minyak, lemak binatang atau minyak kelapa. Pada proses pembuatan batik yang terakhir, seluruh lilin batik dihilangkan dengan cara memasukkan kain mori tersebut dimasukkan ke dalam air panas, sehingga lilin batik tersebut lepas. Setelah air “lorodan” ini dingin, lilin batik menjadi beku kembali dan dapat diambil lagi. Lilin batik yang diperoleh dari “lorodan” ini disebut lilin bekas atau lilin hitam karena warnanya kehitaman. Lilin batik bekas ini dicampurkan kembali pada pembuatan campuran lilin batik baru.

Motif Batik

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu ornamen motif batik dan isen motif batik.
 1. Motif Geometris
Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornamen-ornamennya merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang disebut satu “raport”. Golongan geometris ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, segiempat panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah golongan Banji, Ceplok, Ganggang, Kawung.
b. Raportnya tersusun dalam garis miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini adalah golongan motif parang dan udan liris.
2. Motif Non Geometris
Motif non geometris adalah motif-motif batik yang tidak geometris. Termasuk dalam motif ini adalah motif Semen, Buketan, Terang Bulan. Motif-motif golongan non geometris tersusun dari ornamen-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif batik tersebut.
Keanekaragaman motif batik berakibat pada beranekaragam nama-nama batik. Motif batik merupakan keutuhan dari subyek gambar yang menghiasi kain batik tersebut. Biasanya motif ini di ulang-ulang untuk memenuhi seluruh bidang kain. Membentuk motif secara fisik adalah unsur spot (berupa goresan, warna dan teksture), line (garis) dan mass (massa/berupa gambar) dalam sebuah kesatuan. Kemudian motif tersebut diduplikasikan atau diberi variasi dengan perulangan untuk membentuk pola atau field.
Dalam seni batik di Jawa dikenal beberapa pola untuk menyusun motif batik yaitu :
1. Membentuk garis miring atau diagonal, misalnya bermacam-macam motif parang.
2. Membentuk kelompok-kelompok, misalnya motif-motif ceplok.
3. Membentuk garis tepi (motif pinggiran )
4. Membentuk tumpal atau karangan bunga, misalnya batik Buketan
Pada batik modern dan batik-batik diluar Jawa pola batik lebih variatif atau bebas. Penyusunan motif sering dilakaukan secara simetris maupun asimetris atau dengan cara memadukan bebarapa pola batik tradisional. Secara umum motif batik terdiri dari motif :
Motif Figuratif
Motif figuratif menggambarkan benda-benda sesuai dengan aslinya, misalnya bunga, ikan, buah, binatang dan sebagainya. Penyusunan motif figuratif pada umumnya juga mempertimbangkan ruang atau jauh dekat, warna dibuat mirip aslinya dan lain-lain. Motif ini banyak digunakan pada batik modern dan batik-batik luar Jawa.
Motif Semifiguratif
Jika pada motif figuratif bentuk-bentuk benda yang digambarkan masih kelihatan maka pada motif semifiguratif benda-benda dilakukan stilisasi dan deformasi. Penggambaran benda masih bertujuan untuk menggambarkan filosofi tertentu namun besar kecilnya benda, proporsi, dan perspektif tidak lagi diperhatikan. Pemberian warna juga kebih bebas sehingga penyusunan motif ini lebih bersifat dekoratif. Penggambaran motif semifiguratif dapat secara geometris yaitu mengikuti bentuk-bentuk ilmu ukur misalnya segitiga, segi empat, lingkaran maupun non geometris yaitu masih mengikuti garis-garis objek gambarnya.
Motif Nonfiguratif.
Motif nonfiguratif disebut juga motif abstrak sehingga bentuk-bentuk benda apapun tidak lagi dipersoalkan. Yang diutamakan adalah keindahan motif itu sendiri. Motif abstark dapat berupa garis, massa, spot, isian-isian batik, bidang atau warna yang serasi antara bagian dan keseluruhan maupun bagian dan keseluruhan maupun bagian dengan bagian lainnya.
Para perancang batik memiliki kebebasan dalam menyaring dan memilih motif yang diinginkan. Dalam memilih motif batik yang terpenting adalah ketelitian misalnya dalam memilih motif figuratif perancang perlu memperhatikan detail pemotongan agar objek tetap indah
Macam-Macam Motif Batik
Batik Motif Parang Kusumo
Batik Motif Parang Kusumo
Motif Parangkusumo
Motif Parang Kusumo adalah motif batik yang mempunyai makna pada suatu kehidupan harus dilandasi dengan perjuangan dan usaha dalam mencapai keharuman lahir dan batin. Kata kusuma dalam bahasa jawa kusumo disamakan dengan harumnya bunga (kusuma) pada filsafat jawa. Yang dimaksud adalah kehidupan dalam bermasyarakat yang harus diutamakan adalah membentuk kepribadian yang harum dengan mementingkan norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat, berharap dapat menempuh kehidupan yang lahir dan batin dengan kerja keras dari tingkah laku dan pribadi yang baik. Batik Parang Kusumo diutamakan mendapatkan keharuman pada pribadi itu sendiri yang dilandasi pada pencarian lahir dan batin. Kegunaan dari motif ini sebagai kain saat tukar cincin dalam pernikahan, yang diharapkan kehidupan yang harum sempurna lahir dan batin pada pernikahan nanti.
Batik Motif Trumtum
Batik Motif Trumtum
Motif Truntum
Motif batik Truntum adalah motif berdasarkan simbol yang bermakna cinta. Berdasarkan cerita yang dimulai dari Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) dengan makna cinta tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin subur dan berkembang atau disebut juga dengan Tumaruntum. Banyak yang memakai motif ini pada orang tua pengantin pada hari pernikahan, harapanya agar cinta kasih akan menghinggapi kedua mempelai. Dan juga orang tua dapat menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan yang baru.
Batik Motif Kawung
Batik Motif Kawung
Motif Kawung
Motif Kawung adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. Corak dari motif ini bulat seperti pada buah Kawung yang seperti buah kelapa atau disebut juga buah Kolang-Kaling yang dibentuk berstruktur dan geometris dan rapi. Beberapa dari motif ini juga diadaptasi dengan bunga lotus dengan empat lembat daun bunga yang merekah yang diartikan dengan bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif ini dinamakan sesuai dengan besar kecilnya atau bentuk yang terdapat pada motif tertentu.
Batik Motif Ceplok
Batik Motif Ceplok
Motif Ceplok
Motif Ceplok adalah motif yang didalamnya terdapat gambaran berbentuk lingkaran, binatang, roset dan beberapa variasinya. Gambaran tersebut terletak pada bidang yang dasarnya berbentuk segi empat, lingkaran dan lainya yang berbentuk geometris. Ornament pada corak menggambarkan bunga tampak depan, buah yang dipotong melintang. Bunga dan daun dibentuk secara roset, dan binatang yang tersusun secara melingkar dalam lingkaran atau segi empat. Nama ceplok terbentuk dari beberapa sudut pandang yang berbeda seperti berdasarkan pada ornament yang dipakai seperti ceplok kembang jeruk, ceplok manggis, ceplok salak sategal, ceplok supit urang, ceplok Cakar ayam, ceplok gandosan, ceplok kembang waru, ceplok lung slop, dan sebagainya. Ada juga yang berdasarkan tempat asal dari pembuatan motif tersebut. Dan terakhir berdasarkan nama penciptanya yaitu Ceplok Pubonegoro, Ceplok madu Sumirat, Ceplok Sirat Madu, Ceplok Cokrokusumo.
Batik Motif Tambal
Batik Motif Tambal
Motif Tambal
Motif batik Tambal mempunyai unsur motif yang diadaptasi dari motif ceplok, parang, meru, dll dengan ciri khas kerokan yang pada umumnya digunakan sebagai kain panjang. Filosofi dari motif ini adalah tambal yang artinya sebagai menambah semangat baru, dan masyarakat percaya bahwa bila ada orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka sakitnya akan cepat sembuh.


Batik Motif Satwa Wana
Batik Motif Satwa Wana
Motif Satwa Wana
Motif Satwa Wana mempunyai pola Satwa wana yang berarti aneka macam satwa di dalam hutan, yang biasanya terdapat gambar Gajah, Burung Merak, Ayam Alas, Kupu–Kupu, Macan, Rusa, Kambing, Banteng dan lain–lain. Selain binatang terdapat juga tanaman yang disusun secara padat dan detail yang sehingga dapat mengisi hampir seluruh bidang kain.


Batik Motif Parang Sarpa
Batik Motif Parang Sarpa
Motif Parang Sarpa
Motif Parang Sarpa diambil dari kata Sarpa yaitu Ular, simbol yang melambangkan keberanian, kekuasaan, kemegahan, sukses, keamanan, dan kesejahteraan. Dan Parang adalah motif larangan yang biasanya dipakai oleh keluarga kerajaan atau keraton. Kata Parang itu sendiri merupakan simbolisasi dimana tempat raja bersemedi yang berada di sekitar pantai, yang berasal dari kata batu karang.
Batik Motif Semen Rama Latar Sisik
Batik Motif Semen Rama Latar Sisik
Motif Semen Romo Latar Sisik
Motif Semen Romo Latar Sisik ini yang berasal dari Pola Semen dari kata semi-semian, yang menceritakan kehidupan. Didalam motif ini terdapat simbol ketabahan, kekuasaan, matahari, yang digambarkan dalam bentuk sayap (Garuda). Batik Semen Romo ini memuat ajaran Hastha Brata yaitu ajaran pada keutamaan, cerminan, dari sifat darma, adil terhadap sesama, teguh hati, berjiwa luhur, tidak “adigang adigung” dan ada kesaktian melawan musuh. Dengan latar gringsing (pola sisik ular) yang dianggap dapat memberikan umur panjang.
Batik Motif Parang Barong
Batik Motif Parang Barong
Motif Parang Barong
Motif Parang Barong adalah salah satu motif larangan dan bagi kalangan keraton. Motif ini hanya digunakan oleh Raja dan keluarganya. Kata parang inipun berasal dari kata tempat bersemedi raja yang berada disekitar pantai, yaitu “batu karang” dan Barong dalam bahasa jawa yaitu Singa. Pada zaman kekerajaan Parang Barong ini bermotif besar dan biasanya digunakan oleh bangsawan untuk upacara ritual keagamaan dan meditasi karena diangggap sakral. Parang juga merupakan simbol dari sebuah senjata, yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan dan kecepatan gerak. Ksatria yang menggunakan motif ini dapat dilambangkan kuat dan gesit.

Batik Motif Sidomukti
Batik Motif Sidomukti
Motif Sidomukti
Motif Sidomukti yang berasal dari kata mukti yang artinya kehidupan yang mulya dan luhur. Yang mempunyai harapan bagi pemakainya agar dapat mencapai kedudukan yang tinggi (luhur) dan diberikan rejeki yang lebih (mulya). Sering dipakai untuk upacara tradisi dan biasanya dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai sawitan (sepasang). Batik ini merupakan pengembangan dari Motif Batik Sidomulya latar putih, yang dasarnya digantikan dengan isen – isen latar ukel.
Batik Motif Sri Kuncoro
Batik Motif Sri Kuncoro
Motif Sri Kuncoro
Motif Sri Kuncoro adalah motif batik yang biasa dipakai oleh kerabat kerjaan untuk menghadiri perayaan – perayaan. Pengharapan akan (Kehidupan baru) agar mempunyai nama yang tersohor / terkenal.

Motif Sekar Jagad
Motif Sekar Jagad adalah motif yang berasal dari kata sekar (bunga) dan jagad (dunia) atau puja dunia yang mempunyai makna filosofi kebahagiaan. Sekar jagad biasanya dipakai oleh orang tua pengantin perempuan pada saat resepsi pernikahan yang melambangkan kebahagiaan orang tua yang mendapat anugerah, karena putrinya telah mendapatkan jodoh.


Batik Motif Ceplok Lempeng
Batik Motif Ceplok Lempeng
Motif Ceplok Lempeng
Motif Ceplok Lempeng adalah kain yang beradaptasi dari kain ceplok yang berpola ceplok lempeng, yang terdapat gambar bulatan – bulatan dengan sisi yang berombak – ombak didalamnya yang berisi motif parang rusak. Latar kain berwarna hitam penuh dengan tumbuhan bermotif ukel dan bunga berwarna coklat, gambar bunga berkelopak tujuh di antara bulatan / ceplokan. Keempat sisi kain berwarna putih kosong. Kedua ujung kain dikelim dengan jahitan tangan.

Batik Motif Parang Rusak Seling Huk
Batik Motif Parang Rusak Seling Huk
Motif Parang Rusak Seling Huk
Motif Parang Rusak Seling Huk adalah motif yang termasuk di dalam kategori motif ‘larangan’. Yang hanya dipakai oleh Raja, Permaisuri, dan putera – puteranya. Kata Parang bisa merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata “batu karang”. Dalam kain batik ini motif parang diselingi dengan motif burung huk.




Batik Motif Parang Klithik
Batik Motif Parang Klithik
Motif Parang Klithik
Motif Parang Klithik adalah motif yang dipergunakan untuk putri kerajaan. Dalam dongeng pewayangan Dewi Kunti, Ibu Pandawa memakai batik parang klitik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Motif Parang termasuk motif ‘larangan’ yang biasa dipakai oleh keluarga kerajaan. Kata Parang merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata “batu karang”.

BUKU KAMI DI GOOGLE BOOKS

title

BUKU NOVEL KOMEDI ANAK SEKOLAH
 
Support : Batik Tradisional Indonesia | Motif Batik | Keanekaragaman Batik
Copyright © 2013. Batik Tradisional Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by BatikDan
Proudly powered by Blogger