FEEDBURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Batik Semen Rama

Batik Semen Rama
Batik Semen Rama
Batik ini dibuat pada masa pemerintahan Paku Buwono ke IV yang memegang tahta pada tahun 1788-1820 M. Motif ini memberikan pelajaran kepada putranya yang sudah diangkat sebagai Putra Mahkota calon penggantinya. Batik yang bercorak “semenan” dengan nama “semen-rama” ini diambil dari ajaran Prabu Ramawijaya kepada Raden Gunawan Wibisono saat akan mengganti raja di Alengka sepeninggal Prabu Dasamuka. Ajaran yang dikenal adalah “Hatha Brata” yang harus dilaksanakan oleh seorang calon pemimpin. Kedelapan kandungan ajaran tersebut adalah :
Indrabrata
Dilambangkan dengan bentuk tumbuhan atau hayat, maknanya adalah ajaran tentang darma untuk memberikan kemakmuran dan melindungi bumi.
Yamabrata
Dilambangkan dalam bentuk gunung atau awan atau sesuatu yang tinggi sebagai ajaran untuk bersifat adil kepada sesama.
Suryabrata
Dilambangkan bentuk garuda sebagai ajaran keteguhan hati dan tidak setengah-setengah dalam mengambil keputusan.
Sasibrata
Dilambangkan dalam bentuk bintang sebagai ajaran untuk memberikan penerangan bagi mereka yang sedang kegelapan.
Bayubrata
Dilambangkan dalam bentuk iber-iberan atau burung sebagai ajaran mengenai keluhuran atau kedudukan tinggi yang tidak menonjolkan kekuasaan.
Danababrata
Dilambangkan dalam bentuk gambar pusaka dengan makna memberikan penghargaan atau anugerah kepada rakyatnya.
Barunabrata
Dilambangkan dalam bentuk naga atau yang berhubungan dengan air sebagai ajaran welas asih atau mudah memaafkan kesalahan.
Agnibrata
Dilambangkan dengan bentuk lidah api sebagai makna kesaktian untuk menumpas angkara murka dan melindungi yang lemah.
Tiap-tiap ornamen pada batik Semen Rama mempunyai arti simbolis yang mengarah pada kepercayaan suatu kehidupan. Hubungan bentuk antara ornamen satu dengan lainnya mempunyai pengertian yang dalam tentang adanya kepercayaan suci. Motif semen mempunyai pengertian yang ada kaitannya dengan kepercayaan. Kata semen berasal dari kata semi dengan akhiran an, yang artinya ada seminya. Adapun arti semi, adalah tunas yang sudah menjadi kodrat alam; dimana ada gunung yang terdapat tunas dantumbuhtumbuhan. Meru melambangkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para Dewa, atau dianggap menjadi lingga (lambang) dari alam ini, maksudnya yang memberi hidup. Begitu pula yang tumbuh dari gunung tersebut, yaitu tumbuh-tumbuhan yang mengandung arti dan mak sud dalam hubungannya dengan Meru. 
Dikisahkankan bahwa pada Meru terdapat mata air yang benama Kala-Kula. Para dewa yang minum air tersebut akan mati. Di daerah itu juga terdapat tumbuh-tumbuhan yang bernama Sandilata, yaitu pohon yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati, hampir sama dengan Tirta Merta (air kehidupan), yaitu air yang kekal abadi dan mengandung kekuatan gaib. Di atas Meru tumbuh pohon Soma yang dapat memberi kesakitan. Di sebelah Barat Laut Meru terdapat pohon suci bernama pohon jambu Wrekso atau disebut juga Sudarsono yang sangat indah dan menjulang keangkasa, sedangkan cabangnya sebanyak seratus ribu batang. Pohon ini memberikan segala rasa wisesa yang dapat diartikan Maha Kuasa atau Maha Suci. 

Maka dari itu semen mengarah pada unsur kehidupan yang mengandung pengertian suci. Hal itu tampak pada penyebaran unsur flora di seluruh bidang, sebagai tanda penyebaran benih supaya dapat bersemi. Penyebaran benih mengartikan adanya penyebaran benih kehidupan, seperti yang digambarkan berupa tanaman menjalar sebagai penggam-baran alat kelamin pria. Motif Semen dalam penerapannya diperuntukkan bagi Pangeran, Adipati, dan untuk pengantin pria pada waktu ijab kobul (Semen Rama).

Batik kombinasi

Gambar Batik Kombinasi
Gambar Batik Kombinasi
Batik kombinasi merupakan perpaduan antara batik tulis dan batik cap. Batik kombinasi (tulis dan cap) dibuat untuk mengurangi kelemahan-kelemahan pada produk batik cap, seperti motif motif besar dan seni coretan tangan. Proses pembuatannya cukup rumit, terutama pada saat penggabungan antara motif yang ditulis dan motif yang di cap sehingga efisiensinya rendah karena tingkat kesukarannya hampir sama dengan batik tulis tetapi nilai seni produknya disamakan dengan batik cap.

Batik Cap

Proses pembuatan Batik Cap
Proses pembuatan Batik Cap
Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.  Batik cap dalam proses pembuatannya lebih mudah dan cepat daripada pembuatan batik tulis, karenanya kelemahan batik cap terdapat pada motif batik yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat motif-motif besar serta tidak terdapat seni coretan dan kehalusan motif yang dianggap menentukan motif.
Secara umum proses pembuatan batik cap, tulis dan kombinasi melalui tahapan proses sebagai berikut:
Persiapan
Proses persiapan meliputi pemotongan kain mori sesuai ukuran, loyoran, pencucian, dan pengeringan. Bila diinginkan dasar yang berwarna dan tidak ada warna putih, kain mori dapat diwarnai dengan warna dasar seperti kuning muda, coklat muda, dan sebagainya.
Pembatikan
Pembatikan adalah proses pelekatan lilin batik pada kain menggunakan canting cap dan atau canting tulis sesuai motif yang diinginkan. Kain mori yang telah dibatik disebut batikan.
Pewarnaan
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada bagian-bagian yang tidak tertutup lilin batik. Ada beberapa cara pewarnaan dalam proses batik, seperti pewarnaan celupan dan coletan (kuasan). Pewarnaan celupan dapat dilakukan pada bak celup, ember plastik, padder, sleregan, dsb. Jenis zat warna yang digunakan untuk pewarnaan batik antara lain zat warna reaktif, zat warna naphtol, zat warna indigosol, zat warna indathrion. Untuk mendapatkan efek warna seperti efek pelangi, sinaran, serat kayu dapat dilakukan berbagai cara seperti penaburan soda abu, cipratan zat warna, dsb.
Pelepasan Lilin/Pelorodan
Ada tiga cara pelepasan lilin batik dari permukaan kain yaitu lorodan, kerokan dan remukan. Lorodan merupakan cara pelepasan lilin batik secara keseluruhan dengan cara memasukkan batikan yang telah berwarna ke dalam air mendidih sehingga lilin batik meleleh dan lepas dari kain.
Kerokan merupakan cara pelepasan lilin sebagian menggunakan alat cawuk (alat yang terbuat dari lembaran kaleng tipis yang dilengkungkan), dengan tujuan untuk mendapatkan efek tertentu pada kain. Batik kerokan merupakan batik tradisional khas Yogyakarta.
Remukan (crackle) merupakan cara melepas sebagian lilin batik dengan cara meremas kain batik baik dengan tangan maupun diinjak-injak dengan kaki.
Kerokan dan remukan merupakan proses antara sedangkan lorodan biasanya merupakan proses akhir. Setelah lorodan, kain batik dicuci bersih dan selanjutnya dilakukan proses penyempurnaan dan pengemasan
Penyempurnaan
Penyempurnaan merupakan proses terakhir. Setelah lorodan kain batik kemudian dicuci bersih dan dilakukan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan yang dilakukan pada kain batik biasanya hanya pelemasan, penganjian tipis, pengeringan, press/setrika dan pengemasan.

Batik Tulis

Pembuatan Batik Tulis Tempo Dulu
Pembuatan Batik Tulis Tempo Dulu
Batik Tulis merupakan batik tradisional Indonesia yang paling baik dan tradisional. Proses pembuatann batik tulis melalui tahap-tahap yang rumit, selain juga tidak dijumpai pola ulang yang dikerjakan sama, artinya meski sedikit pasti ada perbedaan, misalnya sejumlah titik atau lengkungan garis. kekurangan ini merupakan kelebihan dari hasil pekerjaan tangan, karena pada proses pembatikan jenis ini sering terjadi gerakan spontan yang merupakan faktor pembeda dengan batik cap.
Disamping itu, untuk batik cap desain dasar batiknya telah ditentukan terlebih dahulu dan di buat pola-polanya dalam sebuah papan cap/pencetak. Sedangkan batik tulis dilakukan secara manual yaitu digambar dengan tangan oleh para pengrajin-pengrajin. Hasilnya tentu berbeda, batik cap lebih terpola, teratur namun terkesan kaku sedangkan batik tulis lebih terkesan dinamis karena kesan desainnya yang lebih luwes sesuai dengan kreasi yang menggambarnya.
Ciri-ciri batik tulis adalah tanda-tanda yang mudah dikenal secara visual baik pada batik tradisi maupun non tradisi, antara lain yaitu:
1. Pada pola desain batik tulis tidak terdapat ciri bolak-balik yang berulang secara cepat.
2. Bentuk motif batik, garis dan isen-isen tidak berulang sama baik dalam suatu desain maupun desain ulangnya.
3. Kain batik tulis berbau lilin batik.
4. Bila ada remukan lilin (khususnya yang sengaja dibuat), tidak akan dapat secara teratur dan berulang.
5. Warna batik tulis kedua bidang bolak-balik sama.
Secara umum proses pembuatan batik tulis membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama seperti pada jaman dulu. Keseluruhan waktu pembuatan batik tulis berkisar antara 1-1,5 bulan untuk batik dengan pewarna sintetis, sedangkan batik tulis dengan pewarna alami membutuhkan waktu antara 4-6 bulan. Adapun proses pembuatan batik tulis melalui beberapa tahapan seperti pada pembuatan batik pada umumnya, yaitu: pengetelan, mola, nglengkrengi, nerusi, nembok, ngelir, nglorot dan melipat.
Proses membatik secara tradisonal ini dari dahulu tidak mengalami banyak perubahan sampai sekarang. Melihat dari bentuk dan fungsinya peralatan batik ini cukup tradisional dan unik, sesuai dengan caranya yang masih tradisional. Peralatan batik tradisional ini merupakan bagian dari batik tradisional itu sendiri karena bila dilakukan perubahan dengan menggunakan alat/mesin yang lebih modern maka akan merubah nama batik tradisonal menjadi kain motif batik. Hal ini menunjukkan bahwa cara membatik ini memiliki sifat yang khusus dengan hasil seni batik tradisional. Bila dilihat dari segi waktu dan jumlah yang dihasilkan yang sangat terbatas serta hasil seni dari coretan canting pada kain mori akan menghasilkan seni batik yang bernilai tinggi dan harga yang relatif mahal.
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan Batik Tulis adalah sebagai berikut :
A. Kain mori
B. Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.
C. Dingklik
Dingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik.
D. Gawangan
Gawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan menggunakan canting.
E. Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam” (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan “malam”.
F. Anglo (Kompor)
Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas “malam”. Kompor dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa. Kerena pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.
G. Tepas
Tepas ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan ; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir/kipas. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.
H. Kemplongan
Kemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri pola motif batik dan dibatik.
I. Canting
Canting merupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan.
J. Taplak
Taplak berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin/malam dari canting.

Peralatan Membuat Batik Tulis
Peralatan Membuat Batik Tulis
Proses pembuatan Batik Tulis adalah sebagai berikut :
1. Pencucian
Pencucian kain batik tradisional sebaiknya dengan menggunakan cairan air lerak. Air lerak ini biasanya sudah tersedia dalam kemasan botol atau dapat juga menggunakan cairan lerak yang kita buat sendiri. Sebaiknya Jangan menggunakan Sabun Cuci Adapun cara pencucian kain batik ini dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pencucian kain batik dengan menggunakan Air Lerak (kemasan botol)
Ambil air 5 liter + 3 tutup botol air lerak ,diaduk. Rendam kain kedalam larutan selanjutnya kain dikucek sampai air leraknya berbusa.Dibilas dengan air bersih.
b. Pencucian kain batik dengan Biji Lerak .
Siapka air 5 liter + 3-5 biji Lerak Rendam kain ke dalam larutan Rendam kain kedalam larutan selanjutnya kain dikucek sampai air leraknya berbusa. Dibilas dengan air bersih. Pengkajian dapat dilakukan sesuai dengan keperluan. Bila diperlukan, setelah dilakukan pencucian kain batik supaya permukaannya bagus dapat dilakukan pengkajian Pengkajian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Siapkan 5 liter air panas.
- Larutkan 2 sendok makan tepung kanji dalam 1 gelas air dingin.
c. Masukkan larutan kanji ke dalam 5 liter air panas dalam ember, diaduk rata.
d. Masukkan kain batik kedalam ember ratakan larutannya , diamkan sebentar.
e. Angkat , peras dan dikeringkan.
f. Diangin-anginkan.
2. Menglowong.
Menglowong adalah memulai pekerjaan membatik dengan dua tahapan ngrengreng yaitu memberi gambar corak dengan menggunakan lilin (malam) pada salah satu penampang atau permukaan kain mori kemudian nerusi yaitu permukaan sebaliknya perlu juga digambar lagi atau diblat.
3. Nembok
Yaitu menutup gambar dengan lilin agar gambar-gambar yang dikehendaki tetap berwarna putih.
4. Medel
Yaitu kain putih yang sudah selesai diklowong atau ditembok kemudian dicelupkan kedalam bak yang berisi laretan indigo.
5. Mbironi
Yaitu kain yang telah dimedel, agar warna biru yang dikehendaki tetap berwarna biru, maka kain yang putih perlu ditutp dengan lilin atau malam agar jangan sampai tercampur dengan warna lain, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan canting.
6. Nyoga
kain yang telah selesai dibironi kemudian satu per satu dimasukkan kedalam soga agar mendapat warna coklat.
7. Melorot
Merupakan tahapan pekerjaan akhir yaitu dengan melepaskan semua lilin yang masih tertinggal pada kain.
8. Melipat
Yaitu tahapan melipat kain batik sesuai dengan jenis dan ukuran.
9. Nggebuki
Adalah pekerjaan dimana kain-kain batik setelah menjadi lipatan-lipatan yang sesuai kemudian dipukul dengan alas dan alat pemukul dari kayu jati sehingga akan menghasilkan batik tulis yang halus dan terlipat dengan rapi untuk kemudian siap dipasarkan.
10. Pengeringan
Untuk Pengeringankain batik sebaiknya dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang teduh jangan dijemur dibawah sinar matahari langsung. Jangan menggunakan Setrika untuk menghaluskan permukaan kain batik.
11. Penyimpanan
Pengasapan dengan menggunakan ratus dapat dilakukan untuk membuat kain batik menjadi harum sebelum disimpan. Penyimpanan kain batik sebaiknya dimasukkan kedalam almari yang tertutup tidak terkena sinar lampu atau matahari secara langsung dan pada tempat yang tidak lembab. Pemberian Kapur Barus didalam Almari yang dipergunakan untuk menyimpan kain batik, dapat dimasukkan kedalam kantong kain kecil atau ditumbuk dimasukkan kedalam mangkuk kecil. Fungsi Kapur Barus untuk mengusir Ngengat, supaya kain Batik tidak dimakan Ngengat.

BUKU KAMI DI GOOGLE BOOKS

title

BUKU NOVEL KOMEDI ANAK SEKOLAH
 
Support : Batik Tradisional Indonesia | Motif Batik | Keanekaragaman Batik
Copyright © 2013. Batik Tradisional Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by BatikDan
Proudly powered by Blogger