FEEDBURNER

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Sabukwala Anak Putra

Sabukwala anak putra diperuntukkan bagi anak putra (laki-laki) yang belum memasuki usia remaja atau belum dikhitan (13 tahun). Busana sabukwala ini biasa disebut “cothan” dengan kelengkapan yang terdiri dari baju beskap alit, kain batik, sabuk epek timang alit dan salop alit tanpa menggunakan blangkon dan keris.

Upacara Tingkeban atau Mitoni

Batik Motif Yuyu Sekandang
Upacara tingkeban atau mitoni diadakan untuk wanita yang sedang mengandung 7 (tujuh) bulan. Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa memakai 7 (tujuh) macam motif batik yang berbeda dan salah satunya adalah kain batik lurik bermotif yuyu sekandhang, dengan makna agar pada saat melahirkan nanti semudah orang berganti busana (prucatprucut).

Batik Kopohan dan Gendongan

Batik Motif Wahyu Temurun
Batik Motif Wahyu Temurun
Kain batik kopohan atau gedongan dipakai untuk alas bayi pada saat lahir (baru keluar dari rahim ibu). Kain tersebut akan basah oleh darah ibu saat keluarnya bayi. Kain ini disebut “kopohan”. Biasanya kain ini telah disiapkan sejak usia kandungan 7 (tujuh) bulan dan kain batik yang dipakai biasanya dipilih motif yang mengandung filosofi atau makna baik, dengan harapan agar kebaikan tersebut akan melekat kepada anak yang masih suci sehingga kelak setelah dewasa bisa menjadi orang yang baik. Sedangkan “gendongan” hanya dipakai untuk menggendong ari-ari pada saat akan dilabuh atau dikubur. Untuk tradisi ini biasanya dipakai motif-motif batik sidomulyo, sidoluhur, sidomukti, semenrama, wahyu tumurun dan lain-lain.

Batik Sinjang Menton

Batik Motif Satrio Manah
Batik Motif Satrio Manah
Sinjang menton artinya kain batik yang dipergunakan untuk upacara mantu atau perkawinan. Mengingat hajatan mantu bagi masyarakat Jawa merupakan hajatan besar maka tidak sembarangan kain batik yang boleh dipakai. Mulai dari prosesi panembung (melamar), kain batik sudah menunjukkan status keluarga yang memakainya. Misalnya, kain batik semenan menandakan yang memakainya dari golongan priyayi. Dalam upacara penyerahan “paningsat”, calon mempelai laki-laki memakai kain batik motif “satrio manah” dan calon mempelai wanita mengenakan kain batik “semen rante”. Pada saat menjelang ijab pernikahan mempelai menggunakan motif “wahyu temurun” dimalam “widodareni”, orang tua mempelai memakai motif “cakar”. Orang tua pengantin menggunakan motif “truntum” sedangkan pengantin memakai motif “sidomulyo, sidomukti, raturatih”. Apabila dalam perkawinan anak terjadi “langkahan” saudara pengantin yang lebih tua, maka dilakukan upacara “langkahan” dimana sang pengantin menyerahkan kain batik “langkahan” berupa kain lurik motif “liwatan” kepada saudara tuanya.

Batik Sidomukti - Sidoluhur - Sidomulyo

Pada dasarnya ketiga motif batik Sidomukti - Sidoluhur- Sidolmulyo  ini sama desainnya hanya dibedakan oleh dasar batiknya sehingga namanya juga berbeda. Menurut catatan di keraton Surakarta, batik Sidomulyo dan batik Sidoluhur sudah ada sejak jaman Mataram Kertosuro abad XVII. Motif yang bercorak bentuk lapis dengan latar putih dinamakan batik Sidomulyo sedangkan yang berlatar hitam dinamakan batik Sidoluhur.
Batik Motif Sidomulyo
Batik Motif Sidomulyo
Batik Motif Sidomulyo
Batik motif Sidomulyo berasal dari zaman Mataram Kartasura yang dasarnya (latar) digantikan dengan isen-isen ukel oleh Sultan Pakubuwono IV. Batik motif Sidomulyo merupakan jenis batik keraton. Motif batik ini berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Motif ini termasuk motif lama khas Surakarta, halus, rumit serta membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam pembuatannya.
Sido dalam bahasa Jawa berarti jadi atau terus menerus, sedangkan mulyo berarti mulia. Kain batik dengan motif sidomulyo biasa dipakai oleh mempelai baik pria maupun wanita pada saat upacara perkawinan dengan harapan bahwa kelak keluarga yang dibina akan terus menerus mendapatkan kemuliaan. Meskipun andaikata mereka dalam hidup ini mungkin mendapatkan kesulitan dan kerumitan, tetapi dengan doa dan usaha yang telaten dan sabar dan tekun, maka semua kesulitan akan teratasi dan mereka tetap atau jadi (sido) dianugerahi kemuliaan, atau apabila kain batik ini diberikan atau dihadiahkan melambangkan seseorang maka pemberian ini melambangkan doa yang tulus dan mulia untuk si pemakai.
Motif Batik Sidomukti
Batik Sidomukti
Sidomukti sebagai simbol pengharapan dan doa yang dituangkan dalam ornamen pengisi dan sen-isennya. Sido berasal dari kata bahasa Jawa berarti benar-benar terjadi, terkabul keinginannya. Mukti berasal dari bahasa Jawa yang berarti kebahagiaan, berkuasa, disegani, tidak kekurangan sesuatu.
Ornamen Utama Bergambar Kupu-kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen Utama Berbentuk Sayap Kupu-kupu
Ornamen Utama Berupa Bangunan Berbentuk Tahta atau Singgasana
Ornamen singgasana menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen Utama Berbentuk Meru
Meru adalah gunung, tanah juga bumi. Ornamen berbentuk gunung simbol kemegahan, keagungan seperti sebuah gunung yang besar dan terlihat gagah meskipun tampak dari kejauhan, berasal dari ajaran empat unsur kehidupan yang disebut sangkan paraning dumadi atau asal mula kehidupan, disamping api, air dan udara. Pada kebudayaan Hindu Jawa, meru untuk menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayam Dewa-dewi. Meru diwakili oleh warna hitam, jika tidak terkendali akan memunculkan angkara murka, bila terkendali menjadi sifat kemakmuran abadi.
Ornamen Utama Berbentuk Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Isen-isen Pada Motif Sidomukti
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidomukti antara lain:
  • Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
  • Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang memenuhi bidang ornamen.
  • Ukel yakni lingkaran kecil mengeriting dan sebagainya yang menyerupai.
  • Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah biasanya berbentuk melingkar.
Warna pada kain Sidomukti adalah warna soga atau coklat merupakan warna batik klasik atau seperti aslinya, yang dimaksud seperti aslinya yaitu Sidomukti merupakan perkembangan motif batik Sidomulya latar putih berasal dari zaman Mataram Kartasura, diganti dengan latar ukel oleh Paku Buwono IV.
Pada awalnya warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni perpaduan antara merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia, warna pada kain batik menggunakan pewarnaan alami dari tumbuhtumbuhan yang hanya dapat menghasilkan warna merah kecoklat-coklatan yang mendekati oranye. Warna merah kecoklatan di dapat dari kulit pohon mengkudu, tingi, tegeran, jambal dan sebagainya disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Motif Batik Sidoluhur
Batik Sidoluhur
Batik Sidoluhur
Kain batik ini mempunyai makna dan penggunaan yang sama dengan kain batik sidomukti dalam upacara lurub layon yaitu sebagai alas berbaring jenazah, perbedaannya hanya sedikit saja yaitu pada pengisian dan warna latar. Latar pada kain batik ini bewarna hitam, dan hanya dipakai dalam upacara pemakaman dan upacara sadranan, yang berarti untuk menghormat pada leluhur (arwah).
Unsur motif yang terdapat pada batik sidoluhur ini adalah sebagai berikut :
Ornamen utama bangunan/ tahta
Ornamen bangunan/ tahta menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen utama Garuda/ Lar
Ornamen Garuda/ lar digambarkan dengan bentuk garuda satu sayap seperti gambaran dari samping, dengan bentuk sayap tertutup. Motif ini melambangkan Matahari dan tatasurya. Melambangkan tentang watak surya brata atau watak matahari, yaitu melambangkan sifat ketabahan.
Ornamen Utama Burung
Digambarkan dengan bentuk tipe burung merak yang sederhana dan kadang-kadang seperti kupu-kupu. Motif ini melambangkan tentang dunia atas atau udara, melambangkan sifat bayu brata atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak ditonjol-tonjolkan.
Ornamen utama Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada hampir setiap unsur yang digunakan dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Ornamen utama Baito/ Kapal
Barang yang bergerak pada air, dapat dianggap lambang dari pada air atau banyu. Pada motif yang lain air ini dilambangkan dengan binatang-binatang yang hidup dalam air, seperti katak, ular, siput, dan sebagainya. Melambangkan kelapangan hati, ketenangan.
Ornamen utama Kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi. Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin, dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan berperikemanusiaan yang diwakili warna putih.
Ornamen tumbuhan
Ornamen tumbuhan digambarkan sebagai bentuk lung-lungan yang mengisi bidang dan mengelilingi ornamen pokok lainnya, sebagai ornamen pengisi
Isen-Isen Pada Motif Batik Sidoluhur
Isen-isen pada motif berupa titik-titik, gabungan titik dan garis, serta garis-garis berfungsi mengisi ornamen dan motif atau mengisi bidang antara motif dan ornamen. Adapun isen-isen pada Sidoluhur antara lain:
  • Sawut yakni garis-garis lembut yang berjajar rapat sebagai pengisi dedaunan, ekor burung dan sebagainya.
  • Cecekan yakni titik-titik kecil rapat maupun renggang yang memenuhi bidang ornamen.
  • Cecek pitu yakni titik-titik yang mengumpul berjumlah tujuh buah biasanya berbentuk melingkar
Warna pada kain Sidoluhur adalah warna soga atau coklat. Pada awalnya warna soga sebagai pengganti warna oranye yakni perpaduan antara merah dan kuning. Sebelum terdapat pewarnaan kimia, warna pada kain batik menggunakan pewarnaan alami dari tumbuh-tumbuhan yang hanya dapat menghasilkan warna merah kecoklat-coklatan yang mendekati oranye. Warna merah kecoklatan di dapat dari kulit pohon mengkudu, tingi, tegeran, jambal dan sebagainya disebut dengan soga.
Unsur warna merah dalam konsep kiblat papat lima pancer melambangkan hawa nafsu, yang dimaksud hawa nafsu bukan hanya berhubungan dengan keburukan tapi juga dapat diartikan sebagai hawa nafsu untuk melakukan perbuatan baik dengan semangat yang tinggi dan gagah berani.
Batik ini dalam tradisi jawa dipakai untuk semua golongan tua dan muda.

Batik Semen Bondhat

Batik Semen Bondhat
Batik Motif Semen Bondhet
Batik semen bondhat juga termasuk jenis “semenan” dengan latar putih. Awalnya motif ini hanya dipakai oleh kalangan abdi dalem kerajaan yang berpangkat Bupati-Anom dan jabatan diatasnya tetapi dalam perkembangannya dipakai oleh semua golongan khususnya yang berusia muda. Batik ini melambangkan cinta kasih yang saling beriringan seperti halnya sepasang penganten baru. Bondhet artinya berdampingan dengan mesra. Batik ini mengandung makna sebuah harapan ketentraman lahir dan batin.

Batik Kawung

Batik Kawung
Batik Kawung
Motif batik Kawung konon diyakini diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram, dan merupakan salah satu anggota Motif Larangan di samping 7 (tujuh) motif larangan lainnya seperti Parang, Parang Rusak, Cemukiran, Sawat, Udan Liris, Semen, dan Alas-alasan. Kawung juga termasuk desain yang sangat tua, terdiri dari lingkaran yang saling berinterseksi. Motif Batik Kawung dikenal di Jawa sejak abad 13 yang muncul pada ukiran dinding pada beberapa kuil/candi di Jawa, seperti Prambanan dan daerah Kediri. Selama bertahun-tahun, patra ini dilindungi hanya untuk keluarga kerajaan Kraton. Lingkaran-lingkaran, terkadang diisi dengan dua atau lebih tanda silang atau ornamen lain seperti garis-garis berpotongan atau titik-titik.
Pada awalnya batik kawung hanya dipakai di kalangan keluarga kerajaan, tetapi setelah Negara Mataram dibagi menjadi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta, maka batik kawung dikenakan oleh golongan yang berbeda. Di Surakarta batik kawung dipakai oleh golongan pangakat punakawan dan abdi dalem jajar priyantaka, sedangkan di Yogyakarta batik kawung dipakai oleh sentana dalem. Ada beberapa jenis motif batik kawung, antara lain kawung picis, kawung bribil, dan kawung sen.  Kawung picis diambil dari nama uang pecahan 10 sen, kawung bribil diambil dari nama uang pecahan 25 sen, sedangkan untung kawung sen diambil dari nama uang pecahan 1 sen.
Buah Pohon Aren (Kolang Kaling)
Buah Pohon Aren (Kolang Kaling)
Kata kawung sendiri bisa dihubungkan kata kwangwung, yakni sejenis serangga yang berwarna coklat mengkilap dan indah. Kata kawung bisa juga bermakna sebagai sejenis pohoh palem, aren atau buah dari pohon aren (kolang-kaling).  Bentuknya merupakan penampang lintang (irisan) dari buah tersebut yang memperlihatkan bentuk oval dari keempat bijinya. Beberapa berpendapat komposisi biji buahnya itu merupakan penyederhanaan dari 4 kelopak bunga lotus (teratai) yang sedang mekar atau juga merupakan pengembangan dari sisik ikan.
Sebagaimana kita mengenal buah aren atau kolang-kaling, buah tersebut berwarna putih yang tersembunyi di balik kulitnya yang keras. Hal ini dalam masyarakat Jawa mengandung filosofi bahwa kebaikan hati kita tidak perlu diketahui oleh orang lain. Disamping itu, pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Batik Motif Kawung Semar
Batik Motif Kawung Semar
Menurut penggolongannya batik kawung termasuk golongan motif geometris yang ciri khas motifnya mudah disusun, dibagi-bagi menjadi kesatuan motif atau pola yang utuh dan lengkap. Ditinjau dari pengertian bentuknya motif batik kawung adalah motif batik yang tersusun dari bentuk bundar lonjong atau elips, susunannya memanjang menurut diagonal miring kekiri dan kekanan berseling-seling serta di susun berulang-ulang.
Salah satu motif yang merupakan modifikasi dari motif kawung  adalah motif ceplok. Motif ini dihubungkan dengan kepercayaan orang Jawa (Kejawen) yaitu adanya pengakuan tentang adanya kekuasan yang mengatur alam semesta. Disini Raja dianggap sebagai penjelmaan para dewa, dan dalam melaksanakan tata pemerintahan raja dikelilingi oleh para pembantunya yaitu para bupati. Orang jawa memaknai ini sebagai “ kiblat papat limo pancer”. Empat buah motif bulatam yang merupakan lambang dan persaudaraan yang jumlahnya empat, dan satu motif titik ditengah dianggap sebagai pusat kekuasaan alam semesta. Dengan demikian motif batik kawung yang terdiri dan empat bulatan lonjong dengan titik pusatnya ditengah merupakan lambang persatuan seluruh rakyat, alam dan kepercayaan serta menggabungkan semua unsur kedelapan kesatuan tunggal yang selaras. Disamping merupakan tekad rakyat untuk mengabdi kepada raja atau ratunya, karena raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang merupakan pusat kekuasaan di dunia.
Dalam pewarnaan batik kawung tidak terbatas pada tiga warna (coklat, putih dan hitam atau biru) tetapi didasarkan pada bentuk filosofisnya. Hal ini ecara khusus dikaitkan dengan tiap arah mata angin yang mempunyai perlambang warna "sakti" sebagai berikut:

  • Warna putih lambang kejujuran (mutmainah) dan arah timur. Arah timur mengandung arti sebagai sumber tenaga kehidupan, karena arah dimana matahari terbit.
  • Warna hitam lambang angkara murka (lauwamah) dari arah utara. Arah utara mengandung arti sebagai arah kematain.
  • Warna kuning lambang budi baik (supiah) dari arah barat. Arah barat mengandung arti sumber tenaga yang berkurang, karena tempat tenggelamnya matahari.
  • Warna merah lambang pemarah (amarah) dari arah selatan. Arah selatan mengandung arti puncak segalanya, dihubungkan dengan zenith.

Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa warna merah sebagai semangat kerja yang tinggi dan berani. Warna putih sebagai kesucian, bersih dan jujur. Warna hitam sebagai ketenangan, teguh dan damai, serta warna kuning sebagai penerang
Pada dasarnya bahwa batik klasik dapat menunjukan tanda-tanda bagi seseorang tentang statusnya. Pada batik kawung tanda tersebut berupa gambaran motif dan warna yang mengandung arti filosofis. Oleh karena itu untuk mengetahui peranan semiotik pada batik kawung perlu kiranya mengkaji berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada ketiga hubungannya, yaitu objek, media dan interpretasi.
Objek
Pada batik kawung terdapat aspek symbol, yaitu sistem tanda yang mengarah kepada suatu pengertian yang terkait dalam konvensi tertentu pada waktu itu. Symbol pada batik kawung dapat diartikan sebagai suatu wujud dari bentuk yang mempunyai maksud tertentu dalam menyatakan hal-hal yang tidak nampak. Maksud dan tujuan dari penciptaan motif pada batik kawung adalah didasar kan adanya "rasa nembah" (bersujud), mendidik berbuat sabar, hati-hati, teliti, tekun dan berbuat baik.
Media
Pada batik kawung terdapat aspek quali-sign, yaitu penampilan kualitas fisik dari bentuk motif kawung dan warnanya serta bahan yang digunakan. Pengertian motif pada batik kawung didasari oleh pohon aren yang buahnya disebut "kolang-kaling", dan bunga teratai yang mempunyai buah bentuknya bulatan lonjong sebanyak empat buah ditambah satu titik ditengahnya sebagai pusat. Warnanya terdiri dari tiga warna, yaitu putih yang berarti kejujuran, coklat berarti sabar dan biru wedel berarti keluhuran. Bahannya terbuat dari mori halus sebagai kain sinjangan yang dalam bahawa Jawa disebut jarit.
Interpretasi
Pada batik kawung terdapat aspek disent yang memberikan tanda sebagai arti kepada sesuatu yang boleh dan tidak boleh. Hal ini berhubungan dengan pemakaian batik kawung, yaitu yang berhak mengenakannya adalah para abdi dalem keraton yang kinasih, artinya abdi yang dekat dengan raja atau keluarga raja. Mulai abdi rendahan (emban dan punakawan) sampai yang berkedudukan tumenggung, dan dipakai dalam kegiatan tertentu seperti upacara ritual dan resepsi perkawinan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada batik kawung terdapat simbol-simbol atau tanda yang menunjukan kepada sesuatu yang bersifat transenden. Simbol tersebut tidak bisa difahami secara harafiah, tetapi didalamnya terkandung perlambangan aspek ketuhanan, falsafah hidup dan konsep keselarasan hidup. Hal tersebut merupakan keselarasan hidup yang lebih baik antara kehidupan duniawi dengan kehidupan dikemudian hari (akhirat).

BUKU KAMI DI GOOGLE BOOKS

title

BUKU NOVEL KOMEDI ANAK SEKOLAH
 
Support : Batik Tradisional Indonesia | Motif Batik | Keanekaragaman Batik
Copyright © 2013. Batik Tradisional Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by BatikDan
Proudly powered by Blogger